Selain Brutal Dalam Perang, Belanda Hanya Keruk Kekayaan Indonesia Sembari Jualan Budak

Agama  
De Gouden Koets, atau kereta emas kerajaan Belanda yang penuh dengan lambang perubudakan.
De Gouden Koets, atau kereta emas kerajaan Belanda yang penuh dengan lambang perubudakan.

Sebenanrya tak hanya harus malu pada masa lalu yang berbuat brutal dalam perang kemerdekaan Indonesia 1945-1950, Belanda juga harus malu pada status dirinya sebagai negara padagang budak. Kota Amsterdam adalah pusat perdagangan budak dunia yang sebagian besar kemudian di jual ke Amerika Serikat.

Pada soal ini semua tampaknya mulai sepakat kepada Ridwan Saidi yang terus berkata kritis terhadap sejarah Indonesia yang penuh versi dari sejarah buatan Belanda. Ini misalnya, klaim Indonesia dijajah Belanda 350 tahun. Ataua klaim lain, bahwa VOC banyak membangun berbagai sarana gedung di Hindia Belanda.''VOC tak buat apa-apa di sini. Hampir semua bangunan megah di Jakarta itu buatan Prancis, misalnya gedung Istana Negara dan Gedung yang menjadi kantor Departemen Keuangan di lapangan banteng. Juga yang buat lapangan banteng dan lapangan gambar (area mona). Orang Prancislah yang buat,'' kata Ridwan.

''Belanda di sini hanya tukang keruk kekayaan dan bikin sengsara dan miskin pribumi saja. Memang Belanda bikin rel kereta api, tapi yang bikin jalan lintas Jawa lagi-lagu bukan dia. Tapi Prancis. Apa yang dibanggakan Belanda selama menjajah kita ini. Kagak ada,'' ujar Ridwan dengan nada ketus.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Faktanya lagi, sebelum Belanda menyatakan minta maaf atas kekeajamannya selama melakukan perang di Indonesia, Belanda pun sudah risih disebut sebagai negara penjual budak. Bahkan, Raja Belanda Willem Alexander pun telah lama mengumumkan bila dia dan bangsawan lainnya akan berhenti menggunakan De Gouden Koets, atau kereta emas kerajaan, menyusul kritik terhadap gambar budak di kereta itu.

Padahak kereta masih laik jalan. Ini karena kereta emas itu telah diperbaiki pada tahun 2015 dan 2021. Biasanya, kereta digunakan untuk acara seremonial kenegaraan. Salah satunya pembukaan masa sidang parlemen.

Mengapa raja Belanda malu mengendarai kereta itu? Satu sisi De Gouden Koets itu dipenuhi gambar-gambar dari masa lalu. Ada gambar budak kulit hitam Afrika dan budak Asia berlutut, menawarkan berbagai barang; seperti kakao, kepada wanita muda kulit putih yang diyakini mewakili negara Belanda.

Salah satu gambar memperlihatkan pria kulit putih menawarkan buku kepada seorang budak laki-laki, yang ditafsirkan oleh pelukis tahun 1896 sebagai penggambaran hadiah peradaban Belanda kepada koloni-koloni yang dikuasai.

Raja Wlllem Alexander mengatakan setuju dengan argumen beberapa orang Belanda bahwa gambar-gambar itu dapat melukai perasaan orang, dan tidak boleh diperlihatkan. Namun ia menentang gagasan membatalkan masa lalu, dan menilai sejarah dengan sudut pandang nilai-nilai modern.

“Tidak ada gunanya mengutuk dan mendiskualifikasi apa yang telah terjadi melalui lensa zaman kita,” katanya. “Melarang obyek dan simbol sejarah juga bukan solusi.”

Kerajaan Belanda menekankan bahwa negara tidak boleh terpecah oleh masa lalu, tapi bersatu mengadapi tantangan yang dihadirkan oleh sejarah penjajahan.

Partisipasi Belanda dalam perdagangan budak dan sejarah kolonialnya mendorong banyak warganya agar keluarga kerajaan secara terbuka mencela masa lalu dan mengutuk kebijakannya.

Seruan ini menyebabkan perpecahan setelah PM Mark Rutte menolak mengikuti jejak walikota Amsterdam Femke Halsema meminta maaf atas keterlibatan kota itu dalam perdagangan budak di masa lalu.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image