Tasawuf: Gerakan Sosial Islam yang Tertindas dan Terlupakan
Tasawuf di Indonesia masih merupakan usaha pencarian pencerahan diri yang bersifat individual. Padahal, dalam sejarahnya dahulu tidak seperti itu. Tasawuf pada masa kemunculannya dahulu merupakan gerakan sosial untuk melakukan koreksi sekaligus pemberdayaan umat. Kalau begitu, masih perlukah tasawuf dimunculkan kembali?
Mengapa umat Islam akhir-akhir ini terlihat berwajah keras? Bila pertanyaan ini ditanyakan kepada pakar filsafat Islam, Abdul Hadi WM, dia dengan tegas menjawab ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya. Menurut dia, dua hal di antaranya adalah karena umat Islam, khususnya Indonesia, banyak sekali yang tidak tahu lagi soal tasawuf dan juga tak paham akan tarikh (sejarah) Islam.
''Saya yakin kalau mereka mengenal sisi batin ajaran Islam (tasawuf) secara mendalam, mereka tidak akan seperti itu. Situasi ini semakin menjadi, selain juga karena ada hal yang menjadi pemicunya yang berasal dari luar Islam, pendidikan di kalangan masyarakat Indonesia betul-betul total sekuler. Akhirnya, umat Islam sebagai bagian terbesar dari rakyat Indonesia tercabut dari akar sejatinya. Maka, wajar bila banyak terjadi kesalahpahaman,'' kata Abdul Hadi.
Bila dicermati, bila menengok sejarah selain sebagai gerakan keagamaan dalam Islam, tasawus juga meuwujud dengan menampilkan tasawuf sebagai gerakan sosial. Ini misalnya para pemimpin spiritual atau 'guru tarekat' di kawasan Afrika Utara sudah lama menjadikan aktvitas tasawuf sebagai usaha pengayoman kehidupan sosial masyarakat. Para guru sufi di kawasan Afrika itu sudah semenjak dahulu mempraktikkan secara konkret dan luas. Bahkan, nilai ajaran tasawuf mereka bawa ke medan perjuangan melawan kekuatan kolonial.