Tasawuf: Gerakan Sosial Islam yang Tertindas dan Terlupakan

Budaya  

Khusus untuk umat Islam Indonesia, posisi gerakan tasawuf ternyata juga telah menjadi bagian penting dari penyebaran umat Islam. Dari berbagai literatur sejarah, secara jelas malah membuktikan para pendakwah yang dahulu mengislamkan nusantara adalah para sufi atau pengikut tasawuf. Ini terlihat jelas dalam kiprah para pendakwah di Jawa pada kurun zaman yang lalu, yakni Wali Songo. Kiprah ini kemudian juga diteruskan oleh para pendakwah sekaligus ulama pada generasi berikutnya, seperti Syekh Yusuf dari Gowa, Hamzah Fansuri, Syekh Muhyi al-Din al-Jawi, Syekh Nur al-Din al-Raniri, Syekh 'Abd al-Shamad al-Palimbani, serta Syekh Yusuf al-Makassari.

Adanya fakta tersebut, pakar falsafah Islam Abdul Hadi WM kembali menegaskan, sebenarnya sudah semenjak awal kehadirannya, munculnya gerakan tasawuf itu jelas merupakan sebuah gerakan sosial yang melakukan kritik keras pada situasi kehidupan para pemimpin umat atau negara yang saat itu hidup serbabermewah-mewahan.

''Gerakan tasawuf itu muncul sekitar abad ke-11 Masehi. Namun, bedanya dengan gerakan sosial biasa lainnya, gerakan sosial tawasuf itu berlandaskan pada sisi spritualitas. Ekspresi ini tampak jelas dengan munculnya beberapa tokoh sufi pada masa awal, yakni seperti Rabi'ah al-Adawiyah dan Ma'ruf al Farkhi. Para tokoh ini kemudian memperkenalkan metode ajaran Islam sebagai laku atau doktrin 'mahabah' (cinta) itu,'' ujar Abdul Hadi menjelaskan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Melalui melalui 'mahabbah' ini, lanjut Abdul Hadi, para sufi kemudian memperkenalkan bahwa aspek vital dalam agama itu bukan hanya pada pengetahuan. Sebab, kalau beragama hanya sekadar tahu, menurut kaum tasawuf, itu adalah tidak cukup. ''Jadi, di dalam beragama setelah mengetahui ajaran agamanya, kaum sufi kemudian mengajarkan bila ingin sempurna, maka seseorang harus bisa menghayati ajaran agamanya sebagai bagian dari cinta manusia kepada Tuhan,'' kata Abdul Hadi.

Maka, dalam hal ini menjadi jelaslah bahwa gerakan tasawuf adalah kritik keras atas situasi kehidupan yang menyimpang. Dan untuk mengembalikannya, para pengikut tasawuf berkeyakinan hanyalah cinta yang bisa menyelamatkan semua kerusakan dunia. Tanpa cinta, peradaban tak akan bisa berkembang. Tanpa cinta, agama pun tak akan bisa menghasilkan apa-apa.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image