The New York Times: Sepak Bola, Kematian dan Polisi yang tak Pernah Salah

Olahraga  

Kurangnya akuntabilitas polisi bertepatan dengan anggaran yang membengkak. Tahun ini, anggaran kepolisian nasional mencapai $7,2 miliar, lebih dari dua kali lipat dari tahun 2013.

Secara pangsa, anggarannya terbesar ketiga di antara semua kementerian pemerintah di negara ini, melebihi jumlah yang diberikan kepada kementerian pendidikan dan kesehatan.

Sebagian besar uang itu telah dihabiskan untuk gas air mata, pentungan, dan masker gas. Andri Prasetiyo, seorang peneliti keuangan dan kebijakan yang telah menganalisis data pengadaan pemerintah selama bertahun-tahun, mengatakan bahwa dalam satu dekade terakhir, Polri telah menghabiskan sekitar $217,3 juta untuk membeli helm, tameng, kendaraan taktis, dan peralatan lain yang dikerahkan selama protes.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pembelian gas air mata melonjak pada tahun 2017 menjadi $21,7 juta, menurut Andri, setelah Jakarta diguncang oleh serangkaian protes yang melibatkan puluhan ribu orang yang menuntut agar Gubernur Jakarta Ahok, dipenjara karena penodaan agama.

Para ahli kepolisian mengatakan bahwa 2019 adalah titik balik penggunaan gas air mata oleh kepolisian. Pada bulan Mei tahun itu, petugas bentrok dengan demonstran ketika protes atas pemilihan presiden berubah menjadi kekerasan, yang mengakibatkan kematian, beberapa di antaranya melibatkan remaja.

Rivanlee Anandar, wakil koordinator pengawas hak Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), mengatakan bahwa belum ada “tindak lanjut dan penyelidikan” atas kematian tersebut. Dia telah mengunjungi keluarga lima korban dan mengatakan bahwa otopsi dilakukan hanya dalam satu kasus, dan keluarga itu belum mengetahui hasilnya. “Kami belum tahu siapa pelakunya sampai hari ini,” katanya.

Penggunaan gas air mata yang lazim oleh polisi telah melampaui geografi. Saat menghadapi demonstrasi massa, petugas dari Jakarta hingga Kalimantan secara konsisten menggunakan bahan kimia untuk melumpuhkan pengunjuk rasa. Anggaran untuk munisi gas air mata yang sempat turun setelah alokasi tahun 2017 melonjak lagi pada tahun 2020 menjadi 14,8 juta dolar AS, meningkat enam kali lipat dari tahun sebelumnya, kata Andri.

Tahun itu, polisi mengerahkan gas air mata ke kerumunan yang memprotes tindakan virus corona. Kemudian pada tahun 2020, mereka menggunakannya lagi untuk membubarkan massa yang berdemonstrasi menentang undang-undang baru yang memangkas perlindungan bagi pekerja dan lingkungan. Amnesty International Indonesia mengatakan telah mendokumentasikan setidaknya 411 korban kekerasan polisi yang berlebihan di 15 provinsi selama protes tersebut.

“Sekarang hal itu sudah menjadi pola,” kata Sana Jaffrey, direktur Institute for Policy Analysis of Conflict di Jakarta.

Ms. Jaffrey mengatakan bahwa anggaran polisi selama bertahun-tahun telah dialokasikan untuk menangani banyak demonstrasi baru-baru ini, tetapi “hal-hal penting dan pekerjaan akar rumput sehari-hari polisi telah diabaikan.”

Pada bulan Januari tahun ini, Polri menghabiskan hampir $3,3 juta untuk membeli pentungan khusus untuk petugas di Provinsi Jawa Timur, khususnya Malang, menurut Andri.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image