Budaya

Magisme Tuhan, Sepakbola, Wasit, Hingga Perseteruan Suni vs Syiah

Seorang pemain selama pertandingan di  Liga Primer Rwanda pada awal tahun 2017 tampaknya bertindak aneh dengan melakukan ritual di tengah pertandingan. Kala itu berlangsung pertandingan antara tim Mukura Victory dengan Rayon Sport. Akibatnya dia kemudian mendapat kartu kuning meski dalam beberapa detik sebelumnya dia telah mencetak gol.
Seorang pemain selama pertandingan di Liga Primer Rwanda pada awal tahun 2017 tampaknya bertindak aneh dengan melakukan ritual di tengah pertandingan. Kala itu berlangsung pertandingan antara tim Mukura Victory dengan Rayon Sport. Akibatnya dia kemudian mendapat kartu kuning meski dalam beberapa detik sebelumnya dia telah mencetak gol.

‘’Ternyata Tuhan orang Bulgaria,’’ kata Stoizkhov. Pemain timnas sepakbola Bulgaria ini berkata penuh keyakinan setelah berhasil melesakan gol ke gawang Jerman dalam Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Saat itu Bulgaria mampu masuk ke perempat final. Pernyataan ini sangat masuk akal karena Stoickhov juga seorang penganut Kristen Ortodoks yang taat. Bulgaria tanpa diduga menyikat Jerman 2-1.

Namun tiga hari kemudian, dalam pertandingan yang digelar pada 13 Juli 1994 diStadion East Rutherford, ganti Bulgaria ditekuk Italia, 1-2. Wajah Stoickhov berubah masam karena menelan kekalahan. Tapi dia tak kurang akal ketika ditanya masihkah percaya bahwa Tuhan adalah orang Bulgaria. Ia pun dengan tangkas mengelak.’’Tuhan memang tetap orang Bulgaria. Tapi wasitnya orang Italia,’’ tukasnya.

Urusan ‘mempengaruhi’ Tuhan agar berpihak dalam pertandingan sepakbola memang bukanlah barang aneh. Kalau di Jawa dikenal orang memanggil dukun, sowan ke kiai khos, menggelar tahlilan, atau pergi ke makam keramat untuk meminta restu sebelum bertanding , soal seperti ini pun ternyata dipraktikan juga di ajang sepakbola piala dunia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada tahun 2006 misalnya, Tim Nasional (Timnas) Togo ketika hendak berangkat ke final putaran dunia yang digelar di Jerman, di bandara setempat, kesebelasan ini tak hanya diantar para pendukungnya saja, tapi diantar pula dengan puluhan dukun. Sesaat sebelum naik ke tangga pesawat upacara ritual yang dipenuhi asap dupa, percikan air, dan pembacaan mantra sempat digelar. Mereka berharap Timnas Togo menang dan seluruh lawannya bisa disingkirkan. Tapi akhirnya, kesebelasan Togo gagal total. Yang menjadi juara adalah Italia setelah menaklukan Prancis melalui adu penalti yang didahului adegan serudukan Zidane ke badan Materazzi itu.

Yang mencengangkan hal seperti ini dahulu dilakukan pula pelatih Brazil, Mario Zagalo. Setiap kali duduk di pinggir lapangan untuk mengawasi anak asuhnya bertanding, dia tak lupa selalu menggenggam patung Santo Antonio. Nah, pada suatu waktu Tim Brasil sempat tertinggal. Dia pun segera mencari patung itu yang selalu diselipkan kantong bajunya. Celakanya patung santo pelindung itu tak ditemukan Tentu saja dia blingsatan dan segera mencari patung itu ke kamar ganti pemain. Untungnya, patung itu ditemukan. Dan Brasil pun menang.