Astaghfirullah, Belanda Minta Maaf Atas Perbudakan di Bekas Koloninya, Indonesia Tak Disebut?

Sejarah  

Zaman Keemasan

Belanda mendanai 'zaman keemasan' kekaisaran dan budaya mereka sepanjang abad 16 dan 17, dan memperdagangkan 600 ribu orang Afrika di pasar budak Amerika Selatan dan Karibia.

Pada puncak kejayaannya, Propinsi Bersatu -- kini dikenal sebagai Kerajaan Belanda -- memiliki koloni di Suriname, Curacao di Karibia, Afrika Selatan dan Indonesia -- pusat Perusahaan Hindia Timur (VOC) bermarkas pada abad ke-17.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

VOC menjadi perusahaan besar dan kaya raya berkat perdagangan budak, bukan rempah-rempah seperti yang kita pelajari saat ini. VOC, dan seluruh karyawannya, berdagang budak secara brutal.

Di era modern, Belanda menghadapi kenyataan betapa kota-kota bersejarah mereka -- dengan museum dipenuhi karya Rembrandt, Vermeer, dan Van Gogh -- dibangun dengan darah, keringat, dan air mata budak.

Didorong gerakan Black Lives Matter di AS, muncul pertanyaan tentang rasisme di masyarakat Belanda. Tekanan semakin meningkat setelah kota-kota yang dibangun dari perdagangan budak; Amsterdam, Rotterdam, Den Haag, dan Utrecht, secara meminta maat atas perdagangan budak.

PM Rutte sekian lama menolak meminta maaf, dengan mengatakan periode perbudakan terlalu jauh ke belakang dan permintaan maaf akan memicu ketegangan di negara yang dikuasai politik sayap kanan.

Kini, PM Rutte mengubah sikap, tapi tidak menyenangkan semua orang.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image