Sejarah Betawi: Dari Camp Maccasare, Amanusgracht, Hingga Kampoeng Makasar

Sejarah  
Rumah dari bambu orang Betawi tempo dulu. (Wikimedia Commons)
Rumah dari bambu orang Betawi tempo dulu. (Wikimedia Commons)

Tidak sulit mengidentifikasi asal-usul nama Kecamatan dan Kelurahan Makasar di Jakarta Timur. Anda tinggal buka google.com dan ketik ‘asal-usul Kecamatan dan Kelurahan Makasar, akan muncul sejumlah artikel yang menarasikan bagaimana salah satu etnis di Indonesia membangun sejarahnya di Jakarta.

Hampir semua peta Hindia-Belanda sejak awal abad ke-19 sampai paruh pertama abad ke-20 menyebut Makasar dengan beragam penulisan; Camp Maccasarese, Kamp Makkasar, Makasar, dan Kampoengmakasar. Namun peta VOC sebelum abad ke-17 menempatkan Kampung Makasar di sebelah utara Paris Amanus, atau Amanusgracht.

Pertanyaanya, bagaimana orang-orang Makassar dimukimkan VOC jauh dari tempat mereka kali pertama ditampung di Batavia?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dijauhkan dari Tembok Kota

Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallok mengabarkan dua hal, tapi hanya satu yang selalu dikutip. Pertama; “Pada 13 Jumadil Awal 1139 Hijriyah, atau 7 Januari 1727, Daeng Matara meninggal di Jakattaraq (Jakarta atau Batavia – red). Kedua, pada malam hari, atau beberapa jam setelah kabar kematian Daeng Matara menyebar, orang-orang Dompu di Kampung Baru melarikan diri karena takut diserahkan atau dipindahkan ke tempat lain.

Jakattaraq yang dimaksud adalah Jakarta, sedangkan Kampung Baru adalah permukiman orang Makassar di Parit Amanus atau Amanusgracht, tidak jauh dari tembok kota Batavia. Sedangkan informasi lain, seperti dikutip banyak penulis toponimi, tahun 1686 orang Makasar di bawah Daeng Matara dimukimkan di wilayah yang saat ini bernama Kecamatan dan Kelurahan Makasar.

Tidak mudah menjelaskan dua informasi bertolak belakang itu, dan menjawab pertanyaan sejak kapan sebenarnya orang-orang Makasar dimukimkan di tepi Spruijt Cipinang di sebelah barat tanah partikelir Condet.

Orang Makasar di bawah Daeng Matara tiba di Batavia setelah VOC, dengan bantuan Kerjaan Bone dan Soppeng, mengalahkan Gowa dan Tallo tahun 1670. Mereka tersebar tak jauh dari tembok kota, membangun permukiman, dan bercocok tanam. Jumlah mereka tak diketahui, tapi VOC khawatir penyebaran orang Makasar yang tidak terkoordinasi dalam permukiman terkontrol menimbulkan ketidak-amanan kawasan luar tembok kota.

Lewat plakat 12 September 1673 VOC menempatkan orang Makassar di sebelah utara Amanusgracht, dengan Daeng Matara sebagai vaandrig atau pemimpin. Namun, pembentukan kampung untuk orang Makassar – seperti juga kampung-kampung untuk etnis lain; Bali, Buton Bugis, Banda, Melayu, dan Bali – tidak mengakhiri ketakutan Hoge Regering, atau pemerintah agung VOC, akan kemungkinan buruk yang ditimbulkan orang-orang yang dimukimkan.

VOC mencari cara menjauhkan permukiman etnis dari tembok kota Batavia. Atas usul Joan van Hoorn dan Isaac de St Martin, VOC mengeluarkan resolusi 26 Juni 1686 tentang pembersihan kampung-kampung masyarakat etnis dari dekat tembok kota Batavia.

Mengeluarkan resolusi adalah sesuatu yang mudah, tapi mengaplikasinnya butuh waktu dalam hitungan puluhan tahun. Untuk menjauhkan semua orang Jawa dari dekat tembok kota Batavia, misalnya, VOC butuh sedikitnya lima kampung di sekujur Ommelanden. Setelah bentrok berdarah Ambon Muslim dan Krsiten September 1671, VOC harus mempersiapkan dua kampung yang jauh untuk satu etnis dengan dua agama berbeda itu.

Dua perkampungan Melayu di Groningen Vaart dan Bacherachtgracht juga harus dipindah ke Meester Cornelis. Orang-orang Bugis ditempatkan di wilayah yang saat ini bernama Kali Deres, dan orang-orang Bali yang jumlahnya sedemikian banyak harus disebar ke banyak tempat. Bukan sesuatu yang aneh jika nama Kampung Bali mungkin yang paling banyak di Ommelanden. Mulai dari yang menggunakan nama ‘kampung’ dan yang tidak. Misal; Bali-meester dan Balimatraman.

‘Pengusiran’ orang Makasar dari dekat tembok kota pasti tidak terjadi sampai tiga dekade setelah resolusi itu keluar. Bukti paling sahih adalah catatan dalam Lontarak Bilang Raja Gowa dan Tallok, yang mengindikasikan Daeng Matara meninggal bukan di wilayah yang saat ini bernama Kecamatan dan Kelurahan Makasar, tapi masih di Kampung Baru di utara Amanusgracht.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image