Sejarah Betawi: Dari Camp Maccasare, Amanusgracht, Hingga Kampoeng Makasar

Sejarah  

Dari Kampung ke Tanah Parikelir

Perkiraan paling moderat tentang kapan orang Makassar dipindah dari Amanusgracht ke wilayah yang saat ini bernama Kecamatan dan Kelurahan Makassar adalah sebelum 1740. Asumsinya sederhana, Kaart der hoofdplaats Batavia omstreeks het jaar 1740 tidak lagi mencantumkan Kampung Baroe. Yang ada hanya Maleische Kamp (Kampung Melayu) di Amanusgracht, Maleijers (Orang Melayu) di dekat Vijfhoek, dan Maleische en Chinezen Woningen (Perumahan Orang Melayu dan Tionghoa) di Groningen Vaart.

Dalam beberapa kasus, komunitas etnis ditempatkan di tanah partikelir dan lainnya di lahan yang belum terpetakan alias masih berupa belantara. Jadi, VOC tidak pernah memberikan tanah kepada komunitas etnis dengan akte hak milik kolektif, tapi hak pakai. Mereka yang dimukimkan di tanah partikelir akan otomatis tunduk pada landheer yang berkuasa dan mematuhi kewajiban; membayar tjuke atau pajak tahunan atas tanah berupa bagi hasil pertanian, dan kompenian atau bekerja di tanah yang dikelola langsung pemilik tanah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Komunitas etnis yang diberi tanah belum dibuka dan dipetakan, alias masih berupa hutan belantara, harus memulai segalanya dari nol. Etnis Makassar hanya salah satunya. Ketika tiba di tepi Spruijt Tjipinang, tempat yang ditunjuk VOC, mereka membuka hutan, membangun permukiman, mencetak sawah, dan menyiapkan bidang-bidang tanah untuk perkebunan.

Ini bukan sesuatu yang mudah. Setelah sekian tahun, banyak orang Makasar kembali ke Kampung Baru di Amanusgracht, dan menemukan bekas permukiman mereka dihuni beragam etnis; Jawa, Sunda, Buton, orang Jepang yang tidak mungkin kembali ke negaranya karena Shogun Tokugawa menutup negaranya, Bali, Bugis, dan budak yang melarikan diri. Kampung Barus di Amanusgracht setelah pengusiran orang Makassar adalah permukiman liar.

Orang Makassar yang bertahan di tempat baru melewati tahun-tahun melelahkan untuk bertahan hidup selama satu generasi. VOC terus mengawasi mereka lewat penguasa lokal. Tidak diketahui siapa vaandrig berikut setelah kematian Daeng Matara. Yang pasti, orang Makassar masih sangat diperlukan VOC untuk tugas-tugas ekspedisi tempur dan jika Batavia terancam serangan dari luar.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image