Menjelang Seleksi Petugas Haji: Tuluslah dan Sadarkan akan Tugas Suci Sebagai Pelayan Jamaah!

Agama  

Yang lucu lagi, adalah ada sebagian wartawan yang pelit mengongkosi kepergian ke Arabnya itu. Uang bekal yang di dapat dari negara (Kemenag) malah seluruhnya diberikan kepada keluarganya. Dia di sana hidup berbekal jatah makan dari 'daker' dan berharap uang sampingan. Atau malah, ada yang menjadikan uang bekal itu dianggap rejeki nomplok untuk bayar ‘uang muka’ cicilan rumah.

Atau ada juga jurnalis yang sibuk beribadah dengan melalaikan kewajibannya membuat liputan. Mereka buat liputan seadanya. Mereka lebih pilih tidak mau diganggu shalat dengan ibadahnya, layaknya jamaah haji para umumnya. Mereka abai akan kewajiban dengan tetap menganggap bahwa selama di Makkah adalah untuk berhaji, bukan melayani jamaah dengan membuat berita yang baik. Dia pun tak ingat bahwa haji sebenarnya terpusat dalam beberapa hari saja, waktu yang tersisa lainnya adalah melayani dan menjalankan kewajiban liputannya. Padahal pekerjaan model ini dimudahkan dengan perangkat teknologi.

Sampai sekarang memang belum ada 'sylabus' baku mengenai peliputan haji. Yang ada hanya ‘time table’ sementara dan itu lebih bersifat individual. Ke depan ini jelas pekerjaan rumah yang harus dibenahi bagi setiap petugas dan penyelenggara liputan haji. Soalnya publik Muslim Indonesia menginginkan liputan media yang tidak ‘de javu’ alias ‘as usual’.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Maka petugas peliput haji insyaflah, tuluslah, dan lurusan niat anda!

*Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika dan mantan petugas peliput haji di tahun 2011.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image