Pemilu Bukan Cari Ken Arok, Ratu Adil, Orang Kuat: Pemilu Hanya untuk Singkirkan Orang Jahat!

Sejarah  

Bila di longok dalam sejarah, lazimnya tengah impitan zaman imemang selalu akan muncul sosok pemimpin yang memerankan dirinya layaknya juru selamat, Imam Mahdi, atau Mesiah.

Sosok ini datang dari 'negeri antah berantah' dan tak jelas benar apa rekam jejaknya, tapi anehnya rakyat secara luas percaya tanpa perlu sibuk menelisiknya.Mesin demokrasi moderen sejak era Jerman perliuasan pesan adanya sosok ini dilakukan melalui propganda, sebagai pesan yang terus diulang meski itu tak peduli baik dan benar, Bahkan, bila terus diulang, pesan yang jahat/buruk sekalipun akan menjadi kebenaran.

Sejarawan Universitas Indonesia, Mohammad Iskandar, mengatakan bila mitos Ratu Adil sampai sekarang masih terus eksis, itu jelas bukanlah hal yang aneh. Sebab, di samping kesengsaraan rakyat masih meluas, kepercayaan akan ada sosok pemimpin yang menjadi 'juru selamat' itu sudah ada semenjak dahulu kala. Bukan hanya itu, kepercayaan terhadap sosok pemimpin yang seperti ini sudah semenjak ratusan lalu hampir merata ada di semua wilayah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

''Di setiap wilayah (terutama di Jawa Raya—Red) hampir semua punya sosok Ratu Adil meski berbeda-beda ekspresinya. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur selalu yang menjadi aktor itu adalah sosok yang berasal dari kalangan priayi atau bangsawan. Tapi kalau wilayah Jawa Barat, terutama wilayah Priangan, Banten, dan Bogor, dari kalangan petani sendiri. Perbedaan ini terjadi karena struktur masyarakatnya memang berbeda,'' kata Iskandar.

Namun, lanjut Iskandar, pada masa lalu sebenarnya munculnya gerakan sosial yang bernama Ratu Adil juga tak murni ekspresi masyarakat itu sendiri. Kemunculan sosok tersebut ternyata sebagian besar merupakan bentukan pemerintah kolonial. Menurutnya, pembentukan sosok pemimpin gerakan sosial dengan ekspresi ala Ratu Adil (Mesiah) juga karena dibentuk atau 'ditiup-tiup' (rekayasa--Red) oleh kolonial Belanda.

''Ini tampak jelas bila melihat kemunculan sosok Ratu Adil yang begitu marak pada abad ke-19. Saat itu, suasana 'Islamofobia' sudah muncul secara kuat. Setiap ada orang yang berkumpul di masjid langsung dituduh akan berontak. Setiap kali muncul pemimpin Islam yang karismatik, maka dengan gampang dia disebut Ratu Adil. Ini terlihat jelas bila mengacu pemberitaan di koran, birokrasi, bahkan ruang parlemen di Belanda yang saat itu ada. Jadi, memang kental suasana 'Islamofobia' itu,'' kata Iskandar.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image