Humor Gus Dur Ketika Memberi Pengantar Buku Mati Ketawa Cara Rusia di Tahun 1986

Agama  

Seperti juga orang jengkel melihat peri laku pihak kepolisian, yang menggambarkan pasukan Sabhara sebagai elite yang penuh tanggung jawab, melayani masyarakat tanpa pandang bulu dan dengan cara yang adil Karena kenyataannya banyak berbeda, ada orang yang memperpanjang istilah tersebut, hingga menjadi 'Sabbharaha?' Artinya dalam bahasa daerah Sunda: berapa? Rupanya, sudah diketahui orang 'modus operandi'-nya.

Pretensi yang paling banyak terdapat adalah justru di bidang politik, karenanya tidak heran kalau kehidupan politik yang paling banyak dijadikan sasaran humor, seperti terlihat dalam buku ini.

Kata seorang humoris terkenal di Amerika, "Saya berhati-hati sekarang, tidak lagi banyak menyatakan lelucon. Yang sudah-sudah, kalau saya kemukakan sejumlah lelucon politik kepada Presiden Reagan, ia akan mengangkat mereka pada jabatan penting dalam pemerintahan."

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Salah satu sasaran empuk adalah sifat egoistis para politisi. Lelucon berikut menggambarkan hal itu. Dalam perebutan calon presiden Amerika Serikat dari pihak Partai Demokrat, dalam tahun 1960, ada tiga orang calon kuat, yaitu Adlai Stevenson, Hubert Humphrey, dan Lyndon Johnson.

Menurut kisah ini, ketiga mereka bertemu dalam sebuah pesta. Stevenson berkata kepada yang dua itu, "Saya tadi malam mimpi diberkati Tuhan. Rupanya, sayalah yang akan memenangkan pencalonan partai kita."

Humphrey menjawab, "Aneh, saya juga bermimpi yang sama, sehingga kans kita tampaknya sama." Yang terhebat adalah Lyndon Johnson, yang mengatakan, "Lho, bagaimana mungkin? Saya kok tidak merasa memberkati kalian?"

Lelucon yang menunjukkan besarnya ego Lyndon Johnson itu sudah tentu diceritakan saingan terberat mereka, yang kemudian memenangkan jabatan kepresidenan, yaitu Mendiang John Rtzgerald Kennedy.

Tetapi untuk tidak terlalu menjatuhkan martabat kaum politisi, ada baiknya dikemukakan lelucon tentang kegoblokan orang dari profesi lain. Seorang pelatih bola marah karena anak asuhannya tidak naik tingkat di fakultas, la menyatakan dengan suara keras kepada dekan fakultas tersebut, "Kamu pilih kasih, anak sepintar dia sampai tidak naik tingkat. Kamu sentimen kepada olah raga bola."

Sang dekan menjawab, "Dia tolol sekali. Bagaimana mungkin ada mahasiswa menjawab tiga kali tiga ada sepuluh?" Sang pelatih memuncak marahnya, dengan suara semakin lantang ia berteriak, "Babi kamu, kelebihan dua angka saja sudah dijatuhkan!" Rupanya, ia mengira tiga kali tiga sama dengan delapan!

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image