Drama Politik Tanpa Skrip di Akhir Orde Lama: Memperingati Tritura dan Mengenang Idealisme Media

Sejarah  

*Sekitar 30 tahun lalu, saya bertemu kembali dengan kawan-kawan penggerak mingguan ini, tidak di ruangan sempit dan sederhana seperti di Bandung, tetapi di Ballroom Hotel Regent yang mewah di kawasan Kuningan Jakarta.

Sangat kontras dengan suasana dan kehidupan mahasiswa masa itu. Tetapi acara malam itu sangat relevan dengan masa lalu.

Sebuah reuni para penggiat anggota Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI), sekaligus peluncuran buku Drama Politik Tanpa Skrip, kumpulan tajuk mingguan tersebut.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Baca juga: Mahasiswa Cipayung Plus yang Kemarin ke Istana: Kalau Cuma Manggut-ManggutDi Hati-Hati Ya?

Tajuk-tajuk itu dibuat agak sedikit keilmiah-ilmiahan, menggunakan gaya bahasa sastra dan di sana-sini dibumbui kalimat bahasa asing. Semua tajuk yang terkumpul dalam buku itu, ditulis oleh Soegeng Sarjadi, salah seorang anggota dewan redaksi mingguan tersebut yang kemudian hari menjadi pengusaha.

Para penggiat pers mahasiswa angkatan tahun enam puluhan ini secara fisik telah banyak yang berubah. Rambut mereka banyak yang sudah memutih. Terpancar pula kerut-kerut pada wajah mereka, pertanda telah dimakan usia.

Bahkan sekarang satu persatu mereka telah kembali keharibaan Sang Khalik. Dalam pembicaraan santai penuh nostalgia, mereka pun tidak banyak berbicara lagi soal militansia gerakan-gerakan mereka tahun enam puluhan.

Begitu pula mengenai judul-judul headline dan tajuk mereka yang pedas dan galak-galak. Ketika buku Drama Politik Tanpa Skrip itu mulai dibedah malam itu, para mantan aktivis ini tampak mulai menemukan jatidiri mereka.

Puluhan tajuk Mimbar Demokrasi ternyata adalah suara perlawanan luar biasa para mahasiswa itu mewakili zamannya. Kritik dan sorotannya yang tajam, ternyata bisa menembus dinding waktu dua rezim pemerintah.

Jumlah aktivis pers mahasiswa tahun enam puluhan yang hadir pada reuni itu tidak banyak, tetapi memang mungkin mereka tidak lebih dari itu.

Bukankah jumlah aktivis militan yang selalu mengadakan perlawanan memang tidak banyak. Namun, mereka itu bisa meruntuhkan sebuah pemerintahan dan kemapanan.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image