Drama Politik Tanpa Skrip di Akhir Orde Lama: Memperingati Tritura dan Mengenang Idealisme Media

Sejarah  

Yang menarik, bagi mereka yang membaca tajuk¬ tajuk Mimbar Demokrasi, tanpa memperhatikan ejaan lama yang digunakan pada tahun 60-an, bisa terkecoh karena mengira tajuk itu baru ditulis kemarin.

Tema kritik yang sarat dengan semangat perlawanan pada waktu itu, ternyata tetap relevan dan masih merupakan wacana yang hangat sekarang ini.

Korupsi, nepotisme, oligarki, birokratik rente, politisi tanpa cita-cita politik selain mengejar kekuasaan, kekuatan militer dalam politik, kekerasan, culas, monopoli, menjadi sasaran tajuk-tajuk ini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Apakah itu pertanda bahwa perjalanan bangsa kita selama hampir enam puluh tahun lalu, tidak pernah beranjak dari tempat semula?

Waktu seperti terhenti dan kita hanya berjalan berputar-¬putar dalam kehidupan bernegara dan ber-“demokrasi” seperti yang terjadi sekarang ini. Sebuah drama tanpa skrip, memang mungkin itu yang terjadi.

Tidak ada yang pernah direncanakan dan diperkirakan. Semua serba tiba-tiba dan terjadilah, “kun fayakun” (Jadilah ! Maka terjadilah), seperti kita sekarang ini.

Sebuah tragedi pada sebuah bangsa.

Baca juga:

Mahasiswa Dodol: Kisah Diane Tones Yang Bunuh Diri Karena Idap Sindrom Berpura-Pura Kuliah

Memprediksi Kepunahan Negara Israel (1)

Mengapa Mitos Ratu Adil Hanya Meninabobokan Rakyat Saja?

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image