Jebakan Approving Rate Dalam Pemilu Indonesia

Politik  

Hari ini kita sudah terbiasa dengan namanya Quick Count yang keren itu. Hasilnya sudah tentu tidak akan jauh berbeda dengan Real Count nantinya. Mengapa? Karena ini metodologi survey yang pada dasarnya baku di seluruh dunia. Selama pilihan acak sampel dapat terhimpun secara luas dari berbagai TPS, dapat dipastikan itu sudah mereprentasikan populasi TPS lainnya secara menyeluruh.

Jadi ini bukan kalkulasi rumit karena data yang masuk itu dihitung dengan rumus yang tersedia pada komputer. Kalau kita punya pilihan orang tangguh dilapangan sebagai collector survey, selebihnya sangat bersifat mekanistis. Artinya sekali data terhimpun, siapapun, yang terlatih, dan terbiasa, dimanapun dan kapanpun, bisa mengerjakan sisanya.

Praktik seperti ini dari waktu ke waktu relatif sama karena metodologinya sudah bersifat - baku atau standar. Kalau ada kecurangan setelah - waktu Quick Count ataupun sebelumnya - Surveyer tidak bertanggung jawab dalam hal ini. Karena sifatnya - hanya sebagai potret sesaat.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tetapi yang menarik adalah ketika teknik ini digunakan untuk mencari rating siapa yang paling populer di Indonesia hari ini.

Saya bisa bayangkan jenis questionaire yang diajukan ke responden hanya bersifat menjawab "YA"/"TIDAK". Tanpa meminta penjelasan apa alasannya. Kalau orang terkenal ya, pasti dikenal luas oleh sampel responden. Seperti, " Apakah Anda kenal Jokowi?" Atau, "Apakah Anda senang dengan Jokowi?" Jawabannya sudah dapat pastikan " YA"

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image