Negara Mafia: Teringat Jongens Vervolgh School dan Meneer van Brughen di Masa Trikora

Sejarah  

Sebelum berangkat ke Jakarta, teman teman dan saudara saudara saya memberi nasihat, "Kamu hati-hati disana. Banyak orang jahat. Ada Pencopet dan Pembunuh" Walaupun ketika di Kampus saya termasuk tak mudah ditakuti orang, karena mengandalkan ban-biru Karatekaku. Tapi kini ketika akan pergi jauh rasa takut itu singgah juga akhirnya.

"Dan ingat, walau orang Papua sekalipun, mereka sudah lama hidup disana, jadi mereka juga jadi penipu. Jangan mudah terjebak" Saya ada rasa grogi juga.

Baca juga: Karena Emas di Papua: Kenangan Indah Novel Tahun 1947 yang Tak Kunjung Terwujud

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Setibanya saya di Jakarta, atas bantuan bosku di kantor, saya boleh tinggal bersama salah satu keluarganya, pensiunan RRI, di seputar daerah Senen. Waktu itu Pasar Senenlah yang paling keren karena memang ia satu-satunya tipe pasar modern dengan berbagai penjual di dalamnya.

Di Pasar Senen saya menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang menagih keliling kepada pemilik Los jualan. Demikian juga ketika mengamati terminal angkot dan bis tak jauh dari sana. Suara-suara keras, tajam dan mengancam. Wajah seram berkeliaran kesana kemari seperti siap menyerang. Belum lagi wajah pengemis kumuh memelas.

Ternyata Indonesia tak seindah dalam benak saya ketika masa Trikora dulu. Disini orang hidup penuh perjuangan. Untuk hidup mereka berani melakukan apa saja. Termasuk kejahatan. Tidak seperti pasar Abepura, Jayapura yang lebih ramah terhadap orang-orangnya. Sangat kontras situasinya bila dibayangkan.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image