Karim: Pemulung Botol Plastik di Depan Gedung Parlemen Semenjak 1998

Ekonomi  

Diakui Karim, memang bagi sebagian orang adanya unjuk rasa itu menjadi biang keladi masalah. Para penggunana jalan mengumpat-umpat karena jalanan menjadi macet.’’Tapi bagi kami adanya unjuk rasa malah merupakan ladang pencarian nafkah.Di sana pasti ada sampah plastik yang bisa kami kumpulkan untuk dijual. Bagi saya lumayan,mungkin bagi orang lain harganya tak seberapa. Sampah botol plastic hanya bisa dijual Rp 6000 per kilogrammnya. Jadi kalau hari ini saya bisa kumpulkan sampah botol plastic sebanyaak 25 Kg,maka hari ini saya dapat penghasilan Rp 100 ribu. Itu sudah alhamdulillah bagi saya,’’ tegas Karim yang ternyata masih hidup membujang meski usianya sudah melebihi setengah abad.

Pada aksi unjuk rasa kali ini minimal ada delapan orang pemulung sampah botol plastik. Mereka bekerja tanpa sungkan meski memunguti sampah di bawah kaki dan di arena tempat duduk dari para pengunjuk rasa. Meski pun ada delapan orang, taka da keributan ketika memungut sampah. Mereka lapang dada saling menyilahkan satu sama lain.

‘’Di depan Gedung DPR para pemulungnya memang beragam. Mereka berasal dari kampung di sekitar Senayan, seperti Rawa Simprug, Petamburan,Kebayoran Lama,Petamburan, dan Karet. Pokoknya bila ada unjuk rasa di sini, berati itu ada rejeki bagi kami,’’ tandas Karim mengakhiri obrolan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image