Islam dalam Sepak Bola Inggris: Pengaruh Besar Agama Terhadap Liga Premier (bag 1)

Olahraga  

Kerudung Rimla Akhtar dan perspektif penggemar sepakbola Liga Primeri

Meskipun para pemain Muslim dipuja dan diidolakan oleh para suporter saat ini, rasa hormat yang sama tidak selalu diberikan kepada sesama suporter yang memiliki keyakinan yang sama.

Namun sikap itu telah berubah selama bertahun-tahun. Jadi antusiasme tersebut tidak tetap berada pada jalur yang stabil menuju penerimaan; melainkan reaksi di tribun dan sekitar stadion pada hari pertandingan. Semua itu juga mencerminkan lingkungan geopolitik saat itu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Rimla Akhtar, (35 tahun), adalah wanita Muslim pertama yang duduk di Dewan Asosiasi Sepak Bola. Dia selalu terlibat dalam sepak bola: mulai dari mencari tempat yang aman ketika masih anak-anak di masa-masa sulit rasial, hingga menjadi tokoh terkemuka dalam mengembangkan panutan dan duta untuk mendorong perempuan Muslim terlibat dalam sepak bola.

Akhtar kini ibekerja untuk FA. Iman dan sepak bola, yang menjadi subjek serial semenjak awal kompetisi, menjadi yang terdepan dalam karyanya pengabdiaannya.

Akhtar adalah pendukung Liverpool. Dia telah mengenakan hijab, kerudung yang dikenakan oleh beberapa wanita Muslim di depan umum, sejak tahun 1992. Namun ketika dia mulai pergi ke pertandingan dia akan melepasnya kerudungnya dan mengenakan syal Liverpool di lehernya dan topi baseball di kepalanya.

“Saya tidak menyangka akan diterima sebagai perempuan kulit berwarna berhijab di tempat itu,” kata Akhtar.

“Sebagiannya adalah persepsi, sebagian lagi adalah kenyataan yang terjadi saat itu: 9/11 terjadi, ada banyak kemarahan dan kebencian terhadap komunitas Muslim. Ada risiko nyata bagi orang seperti saya untuk terlihat sebagai seorang Muslim di sebuah pertandingan.”

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image