Islam dalam Sepak Bola Inggris: Pengaruh Besar Agama Terhadap Liga Premier (bag 1)

Olahraga  

Keluarganya tidak ingin Akhtar menghadiri pertandingan sepak bola sendirian. Namun pada awal milenium ini dia akan pergi bersama dua kakaknya. Mereka adalah orang-orang besar; cukup besar untuk mencegah calon penyerang.

Pada pertengahan tahun 2000-an, Akhtar, mantan kapten tim sepak bola Wanita Muslim Inggris, mulai bosan menyembunyikan identitasnya dan mulai mengenakan jilbab saat menonton pertandingan.

Hal ini sulit bagi saudara laki-lakinya, katanya, karena mereka ingin melindunginya dan merasa khawatir. Secara umum, kecuali beberapa tatapan di sana-sini, dia tidak mengalami perasaan permusuhan yang serius dari penggemarnya sendiri atau penggemar lainnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Namun, seperti yang terjadi pada peristiwa 11 September, keadaan kembali memburuk di kalangan pendukung Muslim.

“Sebagian dari diriku bertanya-tanya, jika saudara laki-lakiku tidak ada, apakah aku harus menghadapi lebih banyak hal? Saya merasa saya akan melakukanny,'' ujarnya.

Belakangan ini, Akhtar melihat adanya peningkatan Islamofobia dan kebencian terhadap Muslim di masyarakat. Sikap ini pun mulai merembes ke dalam sepak bola. "Saya tidak pernah menerima serangan fisik, namun ada serangan verbal mengenai kehadiran saya di sebuah pertandingan. Jika saya mendapatkan tiket dan seseorang tidak, mereka akan mengambilkannya kepada saya."

“Saya tidak akan mengulangi kata-katanya, tetapi mereka mempertanyakan bagaimana saya bisa ikut serta dalam sebuah permainan dan mereka tidak bisa. Saya merasa hampir beruntung karena saya tidak harus menghadapi situasi yang mengintimidasi secara fisik,'' kata Rimla Aklhat menadaskan sikapnya.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image