Dari Sirna Ilang Kertaning Bumi Hingga No Time to Think: Akankah Umat Islam Terendam Banjir Informas
Lalu apa yang menjadi biang keladi semua ini? Jawabnya, ternyata pernah disebut seorang Asisten Profesor dari kajian studi jurnalisme dan media dari Universitas Colorado di Boulder Amerika Serikat, Nabil Echchaibi. Dia menyatakan: Historians occur that the late introduction of print in the Muslim world (the nineteenth century) was not due to the accessibility of printing presses or to an irrevocable phobia of mechanical technologies. Muslims eagerly adopted military and farming technologies and were not averse to innovation. Surely, many Muslims scholars and scribes were wary of reproducing sacred scripture and religious manuscripts for fear of heresy.
(Para sejarawan berpendapat bahwa keterlambatan pengenalan mesin cetak di dunia Muslim (abad ke-19) bukan karena ketidakmampuan mesin cetak atau fobia teknologi mekanik yang tidak dapat dibatalkan. Muslim memang bersemangat mengadopsi teknologi militer dan pertanian serta tidak menolak inovasi. Namun dalam soal media ini berbeda. Tentunya karena banyak ulama dan cendikiawan Muslim bersikap berhati-hati dalam mereproduksi pikirannya tentang kitab suci dan manuskrip agama lainnya (tulisannya) karena takut akan dituduh melakukan bid'ah).
Jadi jelas di sini jawabnya, penyebab keterlambatan umat Islam dalam bidang komunikasi karena umat Islam takut terkena tuduhan pembuat bid’ah dari pihak yang punya otoritas keagamaan. Umat Islam dahulu tidak bebas menyebarluaskan pikirannya karena bisa dituduh sebagai pembuat onar. Nah, apakah sekarang masih bisa dilanjutkan di kala semua orang bebas menyatakan sikapnya tanpa menunggu jeda waktu dan tanpa perlu waktu untuk berpikir. No Time to Think ternyata mantra ajaib di era komunikasi masa kini...!