Politik

Cara Pak Harto Pilih Menteri: Dari Felling, Informasi Intelejen, Hingga Anti Poligami

Pak Harto ketika melakukan blusukan ke kawasan sekitar Pasar Senen, Jakarta.

Oleh: B. Wiwoho, aktvis in Demo dan Juranlis Senior

Cara Pak Harto memilih pembantu-pembantunya, Ali Moertopo pernah menceritakan begini: Pak Harto bukan hanya mengamati rekam jejak yang bersangkutan dalam jangka panjang, tapi juga menggunakan feeling, mata batin dan bisikan nuraninya.

Kadang-kadang ia juga meminta pendapat atau second opinion kepada seseorang atas seseorang. Hal inilah yang oleh orang-orang yang tidak suka terhadap Pak Harto dibilang Pak Harto menggunakan dukun., termasuk dianggap dukun adalah Asisten Pribadi Presiden Soedjono Hoemardhani.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menanggapi isu tersebut, menjelang dini hari sepulang berziarah dari makam Trowulan, Jawa Timur, Sudjono pernah komentar, “Ngawur, mana mungkin Pak Harto berdukun ke saya. Ilmu dan kekuatan batin Pak Harto itu lebih hebat dibanding saya dan para dukun.”

Tentang itu, Ali Moertopo bercerita, pada suatu malam di awal Orde Baru, Pak Harto – Ali Moertopo – Soedjono Hoemardhani sedang duduk-duduk bertiga. Tiba-tiba Pak Harto mengeluarkan sebuah cicin berhiaskan batu permata dan meminta seutas benang, yang kemudian dimasukkan ke dalam cincin dan ujung-ujungnya saling diikatkan sehingga membentuk kalung.

Lalu, kemudian beliau meminta Pak Ali bergantian dengan Pak Soedjono memegang ujung benang dengan posisi cincin sebagai bandul. Ujung siku dari tangan yang memegang kalung menempel di meja, sedangkan tangan ditegakkan ke atas. Mereka berdua diminta berkonsentrasi menggerakkan serta memutar cincin, tanpa boleh tangannya bergerak sedikitpun.

Hasilnya, Soedjono bisa menggerakkan pelan-pelan, Ali menggerakkan sedikit lebih kencang, sedangkan Pak Harto, luar biasa, cincin bisa bergerak ke kiri, ke kanan bahkan berputar.