Imaji Kekuasaan Jawa: Ada Geger Sorak dan Nunggang Macan

Budaya  

Memang, sekilas memang orang Jawa punya budaya diam karena sejak leluhurnya mereka kerap terpinggirkan oleh kekuasaan. Cara bermusyawarahnya yang pada zaman milenial ini disebut 'demokrasi' pun unik. Ini karena hasilnya bisa ditentukan oleh orang yang lebih tua dan berpengaruh meski sosok itu tidak ada dalam ajang yang disebut sebagai musyawawah itu. Berbeda atau tidak seegaliter dengan bentuk musyawarah dalam rapat adat di masyarakat luar Jawa yang lebih lugas dan susah dintervensi oleh pihak yang berada di luar ajang musyawarah.

Bahkan dalam titik ini, ada yang sampai hati mengatakan pula bila penjajah Belanda bukanlah pihak yang sebenarnya menjajah penduduk Jawa karena mereka membuat kamuflase canggih. Pejabat kolonial Belanda tak pernah menjajah penduduk Jawa secara langsung, tapi menjajah lewat elitnya (meminjam tangan orang lain/nabok nyilih tangan). Jadi Belanda sebenarnya hanya mengendalikan segilintir elit agar menurut segala kemauannya, kemudian elite (priyayi) itu baru kemudian menjajah rakyat yang secara langsung.

Caranya lainnya, berbagai kerajaan dibiarkan tetap eksis meski hanya dijadikan lambang budaya saja. Roda pemerintahan yang langsung bersentuhan langsung dengan rakyat mereka cabut. Administrasi negara dikendalikan oleh kolonial melalui kepanjangantangannya, yakni wakil raja (mahapatih).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Alhasil, dari dahulu leluhur Jawa pun sebenarnya sudah punya persepsi sendiri berupa ‘pasemon’ atau kiasan terhadap kekuasaan dan orang yang berebut, berburu, serta ingin berkusa. Ada sebutan ‘wong kuasa iku koyo nunggang macan’ (berkuasa itu seperti orang naik di punggung harimau: ketika akan naik ke atas macan mereka berebut sekaligus ketakutan, ketika sudah berada di atas punggungnya mereka bisa menjadi sosok menakutan.

Namun ketika akan turun dari posisi yang sebelumnya berada di atas punggung itu, yang berkuasa pun ketakutan sebab bisa dimangsa sang macan. Episode berburu macan ini dalam budaya jawa dikenal dengan kiasan berupa festival berburu binatang buas itu yang diberi nama ‘rampogan sima’.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image