NII dan Teorisme: Sebilah Golok Untuk Kudeta

Agama  

Mengapa seseorang bisa menjadi teroris? Ini yang menarik karena tak hanya satu penyebab.

Ada pelaku tindak terorisme karena miskin dan lapar atau merasa diperlakukan tidak adil oleh pemerintah. Kesulitan hidup membuat mereka mudah melampiaskan aksi kekerasan dan terorisme saat digarap oleh provokator ahli. Mereka tak ubahnya tumpukan jerami yang mudah terbakar jika bertemu mata api. Tak butuh siraman bensin, cukup satu percikan korek api untuk membuat seluruh hutan terbakar. Ini teroris non-ideologis.

Teroris jenis kedua atas motif ideologi. Contohnya Grup Baader-Meinhof atau Faksi Tentara Merah (Jerman: Rote Armee Fraktion/RAF). Kelompok teroris sayap kiri yang dibangun oleh Andreas Baader, Gudrun Ensslin, Horst Mahler, dan Ulrike Meinhof (1970) ini mempunyai slogan “Bawa pertempuran dari desa ke kota! Semua kekuasaan politik berasal dari moncong senjata”.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

RAF terlibat rangkaian aksi selama tiga dekade meliputi pemboman, pembunuhan, penculikan, perampokan bank dan baku tembak dengan aparat kepolisian. RAF mengadopsi ideologi Marxisme-Leninisme dalam beroperasi melalui manifesto yang disusun Gudrun Esslin dengan bahasa yang membakar seperti salah satu bagian, “Apakah ada dari babi-babi ini (maksudnya pendukung kapitalisme) yang benar-benar percaya bahwa kita akan membicarakan pembangunan perjuangan kelas, reorganisasi proletariat, tanpa mempersenjatai diri kita?”

Teroris jenis ketiga bertindak atas dasar keyakinan dan atau agama. Ketika Shoko Asahara (lahir Matsumoto Chizuo) seorang orator karismatik yang mengalami gangguan penglihatan glaukoma infantil membuka sekolah yoga Aum No Kai (Grup Aum) pada 1977 dan berubah menjadi Aum Shinrikyo (“Kebenaran Tertinggi Aum”) sembilan tahun kemudian, tak ada orang Jepang yang menyangka kelompok ini akan menjadi menjadi kelompok teroris yang mencengangkan dunia. Apalagi tiga tahun setelah itu, pada 1989, Aum Shinrikyo diberi status resmi sebagai agama oleh pemerintah Jepang. Shoko Asahara mulai menyebut diri sebagai ‘Kristus Tokyo’, ‘Paus Suci’ atau ‘Penyelamat Abad Ini’.

Ajaran Asahara menggabungkan beberapa pokok ajaran Hindu dan Buddhist ditambah gagasan neraka versi Kristen dan tentang armageddon dengan aroma ramalan Nostradamus. Para pengikutnya melihat Asahara sebagai sosok tercerahkan setelah Buddha Gautama. Bagi Asahara, perang antara kebaikan dan kejahatan pasti akan terjadi. Siapa pun yang menghalangi kebenaran tertinggi—yang hanya dimiliki oleh Shoko Asahara sesuai doktrin Aum Shinrikyo—boleh dan harus dibunuh. Maka Asahara menebar nubuat bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 1996 atau antara 1999-2003. Hanya mereka yang beriman kepada Asahara yang akan selamat.

Bagaimana 'kiamat' itu terjadi? Melalui gas sarin (gas saraf) dari 11 kontainer yang ditempatkan di lima kereta bawah tanah Tokyo pada 20 Maret 1995. Kontainer-kontainer itu dicucuk anggota Aum dengan ujung payung sehingga bocor lalu, hop, mereka bergegas keluar dari kereta sebelum pintu tertutup dan melaju sesuai rute. Saat kereta bergerak, penumpang yang tercekik gas beracun, satu persatu tumbang karena lemas bahkan ada yang meninggal. Terorisme berlangsung dalam modus yang belum pernah disaksikan dunia sebelumnya.

Tragedi gas sarin di Jepang membuktikan prediksi pakar politik UCLA David C. Rapoport—yang memfokuskan studi terorisme—terhadap “peningkatan gelombang” teroris berbasis keagamaan sejak 1979 baik di Kristen, Islam dan kelompok keagamaan lainnya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image