Sejarah

Mengenang Karya Azyumardi Azra: Dari Kajian Jaringan Hingga Himbauan Jihad Ulama Nusantara

Sunan Pakubuwono X mengunjungi Kampung Luar Batang tahun 1920-an. (Gahetna.nl)
Sunan Pakubuwono X mengunjungi Kampung Luar Batang tahun 1920-an. (Gahetna.nl)

Hari ini jenazah Prof Azrumardi Azra dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Tentu ini harus disyukuri karena memang sangat jarang sosok dari kalangan non militer dimakamkam di sana. Bahkan, sudah jadi pengetahuan umum bila banyak orang yang berjasa besar bagi bangsa, menolak di makamkam di TMP Kalibata. Salah satu contohnya adalah mendiang proklamator Bung Hatta. Dia memilih dimakamkan di pemakaman umum biasa, yakni arena pemakaman di sekitar kawasan Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Mendiang Azyumardi memang belum pernah meminta atau memilih di mana kelak jasad dia akan dimakamkan setelah wafat. Tapi negara kali ini memberikan penghargaan luar biasa kepadanya atas sumbangan integritas keilmuaannya yang memang luar biasa.

Salah satu jejak dari jasa itu adalah ketika dia menulis disertasi untuk menyelesaikan pendidikan doktornya di Universtas Columbia Amerika Serikta tahun 1992: The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of MIddle Eastern and Malay Indonesia 'Ulama' in the Seventeeth dan Eihgteenth Centuries).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Salah satu bagian yang menarik dari tulisan yang membuat Azyumardi melambung di dunia ilmu pengetahuan dan kemudian mendapat gelar 'Sir' dari Ratu Inggris adalah ketika membahas soal jaringan ulama di kawasan Indonesia dan Malaysia pada kurun pra abad 17 M. Azra menulis bahwa inti jaringan ulama dari kedua wilayah itu ternyata kembali ke tanah suci Makkah-Madinah. Tepatnya kembali kepada ulama yang mengajar di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang berada di kawasan Haramayn (tanah haram).