Try Soetrisno: Dari Pangdam Jaya, Wapres, Hingga Kenangan Rhoma Irama Atas Tragedi Tanjung Priok
Hari ini , beredar kabar hoaks, Kamis 21 Desember 2022, bila Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno meninggal dunia. Semua kaget. Indonesia kehilangan tokoh senior yang mengguratkan sejarah pada perjalanan bangsa. Kabar ini oleh media masih terus dikonfirmasi sampai kamis siang ini.
Namun, apa pun kontroversinya, memang harus diakui Try Sutrisno yang mantan ajudan Presiden Suharto serta kemudian menjabat sebagai Pangdam Jaya hingga wakil presiden, sangat kondang. Namanya meroket saat terpiih menjadi wakil presiden yang sebelum periode itu dijabat Sudharmono.
Kala itu semua kenal akan suaranya yang khas dan wajah gantengnya, Try kala itu bintang politik yang sedang dalam jalur orbit. Tingkat kepopulerannya luar biasa. Berbagai kisah tentang kecemerlangan prestasi langsung merebak. Hampir semua rakyat Indonesia tahu. Apalagi kala itu stasiun televisi hanya satu-satunya, yakni TVRI. Untuk berita semua stasiun radio wajib merelay berita dari RRII dari pagi hingga tengan malam.
Meski begitu, harus diakui bagi umat Islam Try Sutrisno juga punya catatan khusus. Dialah orang yang menjadi Pangdam Jaya ketika terjadi tragedi berdarah Tanjung Priok. Atasan Try kala itu adalah Jendral Benny Moerdani selaku Panglima TNI.
Tragedi Tanjung Priok yang memuncrat darah menjadi kenangan umat Islam sampai pada saat ini. Peristiwanya tak pernah bisa dihapus dari kenangan. Ini karena sehabis peristiwa itu banyak aktivis Islam ditangkapi oleh pemerintah. Dengan alasan yang tak begitu jelas, namun tampaknya alasan penangkapan ini untuk menyelesaikan penolakan mengenai asas tunggal Pancasila.
Soal penangkapan aktivs Islam terkait dengan peristiwa Tanjung Priok beberapa waktu lalu diakui raja dangdut Rhoma Irama dalam podcastnya. Dia menceritakan kala itu termasuk orang yang dikejar aparat untuk ditangkap. Rhoma Irama kala itu memang sudah berdakwah dalam lagunya. Da termasuk kala itu pihak Islam yang oposisi denga pemerintah Orde Baru karena menjadi simpatisan Partai Persatuan Pembangunan.
Rhoma mengatakan, cukup lama saya dikejar dan hidup dalam persembunyian. Namun, akhirnya memiih melaporkan diri dengan pergi ke Markas Laksus (militer) yanga ada dibilangan Kramat V, Jakarta. Setelah diinterograsi dia pun tak diperbolehkan pulang. Namun, ketika akan dimasukan ke dalam sel, Rhoma menolak. Alasannya, karena dia bukan orang dalam status tersangka atau bersalah.
Meski begitu petugas memaksa Rhoma harus menginap. Namun, dia terus berkilah dan mendebat permintaan itu. Akhirnya, setelah menghubungi Pangdam Jaya, Try Sutrisno, dia diperbolehkan untuk tidak ditahan, meski harus tetap berada dalam markas tentara. Rhoma mengaku tidur diruangan lain.Melalui telepon ke Pangdam Jaya ketika hendak ditahan, bila itu sampai terjadi bahwa anggota Soneta siap datang membebasknnya meski bertauh nyawa. ''Saya kemudian tidak berada dalam sel. Tidur di kamar komandan."
Bagi pemerhati sejarah umat Islam, Beggy Rizkiansyah, sudah lama membahas soal tragedi Tanjung Priok yang terjadi berkaitan dengan bentrok atau perbedaan sikap umat Islam di dalam menerima Pancasila sebagai satu-satu asas dalam bernegara. Beggy menulis begini: