Belajar dari Arab Spring: Waspada Perpecahan yang DImulai dari Perang Media Sosial

Politik  

Direktur LSI, Denny JA, yang nota bene mantan didikan di sebuah uversitas Amerika pun mengakuinya. ”Lima tahun ini mata kita terbelalak. Alqaidah dan ISIS begitu dibenci publik negara barat. Ternyata semakin banyak pejabat AS berkata, termasuk Hillary Clinto. Betapa kerja intelijen Amerika Serikat ikut melahirkan dua monster itu, kata Deny JA dalam sebuah tulisannya dengan menambahkan pernyataan Hillary Clinton, “jangan lupa! kita sendiri (Amerika Serikat) ikut menciptakan, memberi dana dan melatih Alqaidah di masa awal.’’

Nah, pada badan berita di Washington Post itu yang menyebut Moemar Khadari dengan ‘Gadafi’ tertulis begini: Inggris bertindak menipu di Libya dan David Cameron mengizinkan sebuah rencana MI6 untuk “memecah” negara tersebut, seorang kerabat dekat Hillary Clinton mengklaim dalam serangkaian laporan rahasia yang dikirim ke sekretaris negara tersebut.

Sidney Blumenthal, teman lama Clintons, mengirim email kepada Nyonya Clinton di akun pribadinya untuk memperingatkannya bahwa Inggris “bermain game” di Libya. Blumenthal tidak memiliki peran formal di Departemen Luar Negeri AS dan memo nya kepada Nyonya Clinton bersumber pada kontak pribadinya di Timur Tengah dan Eropa.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kendati demikian, Nyonya Clinton tampaknya telah mengambil beberapa laporannya secara serius dan meneruskannya kepada para diplomat senior yang bekerja di tingkat tertinggi kebijakan luar negeri Amerika.

Yang pertama dari memo Libya Blumenthal – yang telah bocor ke New York Times – dikirim pada 8 April 2011, karena pasukan pemberontak berjuang untuk memperoleh keuntungan dari pasukan Gaddafi, dan memiliki “permainan bermain Inggris” di baris subjek.

Memo tersebut memperingatkan bahwa para diplomat Inggris dan petugas MI6 menjaga saluran rahasia kembali dengan rezim Gaddafi “dalam upaya untuk melindungi posisi Inggris jika pemberontakan tersebut mengalami jalan buntu”.

Kecurigaan mereka dipicu saat menteri luar negeri Gaddafi, Moussa Koussa, membelot ke Inggris pada Maret 2011, kata Blumenthal. Pemberontak tampaknya melihat pembelotan tersebut sebagai bukti bahwa Inggris memiliki jalur komunikasi rahasia dengan jajaran tertinggi rezim Gaddafi.

Tulisan berita ini makin menarik karena kemudian diserta copian email dari lalu lintas pembicaraan. Dan ini dapat ditengarai sekaligus ‘dibaui’ apa yang sebenarya terjadi di sana. Apa yang terjadi di Libya? dan Apa yang tengah dilakukan negara Amerika Serikat dan Inggris.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image