Belajar dari Arab Spring: Waspada Perpecahan yang DImulai dari Perang Media Sosial

Politik  

Kedua, bahwa konflik di ‘middle-east’ dan Balkan tidak akan pernah tumbuh serta bertahan hingga kini, jika tidak ada pasokan dana, logistik dan senjata serta amunisi yang datang dari Barat atau Timur. Belum lagi operasi intelijen.

Dengan kata lain damai atau konflik itu semuanya berkaitan dengan kepentingan kapitalisme Barat dan Timur. Dan semua konflik tersebut timbul dan berkembang pasca sekutu memenangkan perang dunia kedua. Sebelum itu tidak pernah ada konflik yg demikian di sana. Di balik itu, tidk satu pun dari negara-negara yg disebutnya berkonflik itu memiliki pabrik senjata dan amunisi yang dipergunakan dalam konflik tersebut.

“Pertanyaan ku adalah: mengapa dia (pihak itu) tidak mempertanyakan: apa alasan Negara-negara Barat dan Timur tidak menghentikan pasokan senjata dan amunisi yg dipakai dalam konflik tersebut? Bukankah konflik itu akan terhenti jika senjata, amunisi serta logistik tdk ada? Mengapa ia begitu naif membuat pertanyaan yang nadanya terkesan kuat menyalahkan rakyat dan umat islam? Padahal umat Islam adalah korban. Namun dengan pertanyaan itu seakan-akan dikesankan sebagai pencinta konflik/perang? Hal itu jelas terlihat dari pertanyaannya yg mengkaitkan jumlah umat islam indonesia sebagai yg terbesar di dunia dng kemungkinan konflik dan upaya mencegahnya”. jelasnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Mengetahui penegasan itu, kembali timbul perenungan. Apakah perpecahan akan terjadi di negeri ini? Apakah perpecahan sebenarnya di sengaja untuk mendukan negeri ini, tanpa perang. Apakah nanti konflik akan berpindah ke Indonesia ketika bahan bakar fosil telah habis digantikan energi terbarukan, misalnya dari minyak sawit yang sebagian besar lahannya hanya ada di Indonesia.

Pertanyaan pun terus menggebu, mengiangkan kembali pemicaraan di sebuah kafe di kota kecil Pakisktan dulu itu. Apakah kita akan seperti Libya, Mesir? Apakah kita pecah belah karena media sosial (medsos). Lalu apa jalan keluarnya? Apalagi kita tahu banyak sekali intelejen asing yang berkeliaran. Mereka mencari data apa saja, dari masalah pribadi seseorang hingga masalah negara demi keuntungannya sendiri!

Dan yang terakhir ada ribut soal hoak, Muslim Cyber Army, hingga soal pelarangan cadar. Apakah ada yang mengayuh di antara isu itu? Lalu siapakah yang paling diuntungkan..?

Blumenthal mengklaim bahwa mata-mata MI6 sedang dalam diskusi dengan Saif Gaddafi, putra diktator tersebut, “mengenai hubungan masa depan antara kedua negara jika dia mengambil alih kekuasaan dari ayahnya dan menerapkan reformasi”.

Memo tersebut juga mengklaim bahwa pemberontak Libya sangat mencurigakan terhadap Inggris dan menduga bahwa Inggris akan “puas dengan jalan buntu” di mana Gaddafi atau keluarganya tetap berkuasa di negara tersebut

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image