Isteri Habib Rizieq Wafat: Teringat Kembali Pengorbanan Laskarnya Angkat Ribuan Jenazah!

Sejarah  

Melalui jendela pesawat terbang udara terlihat berkilauan di atas bibir pantai yang terpapar tsunami. Pemandangannya persis seperti pemandangan hutan bakau yang gundul. Suasana ini kontras pada kunjungan saya ke kota atau wilayah ini sebelumnya yang terlihat sebagai wilayah padat namun di kelilingi perbukitan hijau.

Benar saja, ketika sudah mendarat, suasana horor kota Banda Aceh segera menyerobok mata. Puing berserakan. Aneka mobil nyangkut di pohon di pinggir jalan. Mayat bergelimpangan. Jalanan hitam berlumpur. Bau anyir di mana-mana. Kalau malam gelap gulita.

Suasana makin suram karena hujan sering kali turun. Untuk tidur nyenyak suatu kemewahan. Pendopo kantor gubernur di jadikan tempat menginap relawan hingga wartawan yang datang dari seluruh penjuru dunia. Semua tumplek seperti sarden dan ikan asin.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Saya sendiri memilih tinggal di pinggiran kota Banda Aceh. Saya tidur di atas lantai dalam sebuah ruko bersama beberapa teman relawan dari Jawa. Di antara mereka ada sosok Rocker 80-an yang saat itu sudah jadi ustadz, Harry Moekti.

''Maaf ya kalau dulu bikin tergila-gila kamu dengan lagu 'Ada Kamu' hingga Lintas Melawai'. Ayo sekarang ngaji saja. Apalagi ini lagi di tengah bencana,'' kata Hari Moekti yang sampai sekarang masih saya ingat.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image