Empu Astrajingga dan Dangau Mungil di Perbukitan Brujul, Saksi Bisu Jihad Diponegoro

Sejarah  

“Ngantepi Islam Samya Nglampahi parentah dalil. Ing Qur'an pan Ayat Katal(Bersama memantapkan Islamnya, melaksanakan perintah dalil Alquran tentang ayat qital (jihad),’’ begitu kredo Pangeran Diponegoro atas perang yang dikobarkannya.

Uniknya, sisa semangat itu terlihat jejaknya sangat jelas di kawasan ini. Tak hanya jejak budaya, jejak situs dan kisah keperwiraannya pun berserakan di wilayah ini. Tak hanya cerita soal peperangan, jejaknya juga menyatu dalam kisah penyebaran budaya dakwah Islam. Semua tersublim satu dalam beragam ekpresi.

Taufik, anak muda yang mengurusi wisata 'Adventure Puncak Brujul' di Peniron ini pun dengan senang hati menunjukan jejak (orang Jawa menyebut Petilasan) dari sang pangeran tersebut. Tak hanya tempat dia mengatur pasukan dan shalat, tempat Pangeran Diponegoro mendapat perawatan saat sakit (terindikasi sakit malaria dengan mengutip Pater Carey yang bercerita di akhir perang Diponegoro sempat terserang Malaria ketika bergerilya di sekitar hutan dan pegunungan Banyumas atau Jawa tengah bagian Selatan).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

‘’Di rumah ini, rumah seorang pande besi Empu Astraguna, Diponegoro sempat mendapat perawatan karena sakit,’’ kata Taufik sembari menunjukan gubuk semi permanen (dangau) yang berada di tengah perbukitan terpencil. Astrajingga di kenal seorang pande besi (pembuat senjata) jempolan. Di sekitar rumahnya dahulu sempat ditemukan banyak serbuk besi oleh para penduduk desa.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image