Kiai Sadrach Mendobrak Kebuntuan Misonaris Eropa (Bagian 2, Terakhir)

Agama  

Jadi, situasi kebuntuan kerja para misionaris Eropa tersebut memang mulai berubah dengan hadirnya penyebar agama Kristen asal Jawa yang tinggal di Karangjasa, Purworejo, Kiai Sadrach, lengkapnya Radin Abas Sadrach Surapranata (lahir tahun di Demak 1835 – meninggal di Purworejo 1924).

Meski sempat dianggap melakukan sinkritisme terhadap ajaran Kristen dengan budaya Jawa, penginjil pribumi sebenarnya hasil dididikan penginjil asing Hoezoo. Ajaran Kristen oleh Sadrach dibawanya ‘lebih kepinggir’ mendekati adat lokal dan orang-orang kecil yang miskin seperti petani, penjual dagangan di pasar, kuli, hingga pembantu rumah tangga.

Karya Sadrach ini terlihat dengan mulai tumbuhnya berbagai gereja di selatan Jawa. Para murid atau penyebar Kristen yang merupakan hasil didikannya berkelana ke seantereo Jawa, terutama di sekitar daerah itu, dengan membentuk berbagai komunitas ‘Kristen Jawa’.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Cara dakwah mereka dilakukan dengan setiap sore misalnya mereka mengumpulkan para petani, pemetik gula aren, dan para ‘kuli kendo’ yang ada di desa-desa untuk belajar membaca injil atau mendengar kisah-kisah ‘orang suci’ yang ada dalam Bible yang disebut dengan ‘Babad Rasul’. Sadrach dan para muridnya itu juga berinisiatif mengganti istilah-istilah Kristen Eropa dengan istilah lokal berbahasa Jawa. Gereja yang mereka dirikan kerap disebut sebagai ‘Gereka Kerasulan Baru’ (entah sekarang kalau nama ini sudah diganti, red).

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image