Kontroversi Jilbab: Dari Orde Baru, Revolusi Iran, Teater Emha, Hingga Senator Bali Arya Wedakarna
Sikap pejoratif kepada perempuan Muslim berhijab atau berjilbab terus terjadi. Tuduhannya tetap klasik: pakaian itu tradisi timur tengah!
Dan memang, meski sikap itu selramg terus mengecil gaungnya, tapi suara tetap nyaring. Nadanya tetap ini 'terdengar fals' sampai kini. Bahkan dalam beberapa hari terakhir muncul konversi di media sosial adanya anggota parlemen dari Bali yang mempersoalkannya jilbab lagi.
Tapi kemudia sianggota senator itu kemudian memberi klarifikasi bahwa video ucapannya di dalam seuah rapat di lembaga perwakilan daerah tersebut telah dipotong.
Sikap seperti anggota DPD itu sebenarnya juga hanya mengulang kemvbali kejadian soal penolakan jilbab beberapa waktu lalu. Kala itu ada seorang orang tua non-Muslim di sebuah SMK Negeri di Padang mengatakan, putrinya dipaksa oleh peraturan sekolah memakai jilbab.
Sama dengan saat sekarang, kalau itu kontroversi pun segera timbul di dalam masyarakat. Berbagai klarifikasi muncul, baik dari penjelasan pihak sekolah secara langsung, pihak Depdikbud setempat, hingga mantan wali kota yang bicara mengapa aturan itu ada dan sejak lima tahun lalu saat aturan dibuat tak ada pemaksaan bagi siswi non-Muslim memakai jilbab.