Oh Venesia, dari Air Kanalnya yang berbau, Seruan Ya Habibie, Hingga Nyogok Dapatkan Parkir!

Budaya  

Banjir air rob menggenangi St. Mark's Basilica (Basilica di San Marco)
Banjir air rob menggenangi St. Mark's Basilica (Basilica di San Marco)

Tak hanya itu, para pedang kios ternyata banyak kaum pendatang. Orang Italianya malah tak dominan. Maka saya sempat terkejut ketika ada seorang pedagang menyapa ketika ke kiosnya: Habibie, Ahlasan washalan. Malaysia?

Saya tentu kaget ketika ditanya soal itu. Tapi pedagang yang mengaku dari Suriah itu menceritakan bahwa dahulu dia pernah tinggal di Kuala Lumpur. Katanya dengan bahasa Inggris, “ Saya pernah tinggal enam tahun di Malaysia. Saat itu juga dagang barang-barang souvenir.”

Nah, setelah naik perahu kecil menyusuri pantai ke pelabuhan Venesia, kami pun sampai dengan di sambut dermaga kayu. Dengan berguncang-guncang karena kapal terus bergerak-gerak karena dihempas ombak, kami dengan dibantu petugas naik ke atas dermaga kayu. Setelah itu saya perjalan beberapa ratus meter ke lokasi utama destinasi.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Harus diakui, lokasi wisata itu terlihat keren. Bangku-bangku terlipat rapi.Bila ada pedagang yang menjajakan souvenir berupa kaos bertuliskan Venesia juga menetap di lolasi tertentu. Beda dengan di Indonesia atau di Bali di mana penjaja souvenir lalu lalang mengejar turis-turis.

Nah, ketika sampai lokasi dan kemudian berada bagian agak belakang, pejalan kemudian hendak memasuk ke lapangan yang ada di depan gereja tua Saint Marco (lengkapnya, Basilika Santo Markus), Di situlah saya mendapai keadaanya tengah banjir.

Pengunjung pun tak bisa memasukinya karena ditutup. Padahal waktu itu situasinya pada tengah hari bolong yang cukup lumayan terik. Sinar matahari saat itu terasa agak hangat karena berada di musim semi menjelang musim panas.

Yang paling membuat saya kaget adalah seperti yang dikatakan pada awal tulisan ini: Airnya bau dan terlihat agak kehitaman. Akibat adanya banjir rob ini maka saya harus berputar ketika hendak memasuki bazar yang berada di tengah kampung para penghuni lokasi pelabuhan ini. Saya harus melepas alas kaki dan menyeberangi air banjir yang tercium tak sedap.

Setelah memutar, kami pun memasuki rumah dan bangunan yang berada di sekitar kanal. Terutama untuk mencari makan karena perut sudah lapar.

Memang bila dilihat bangunan dan rumah di pelabuhan tua Venizia itu, kini banyak berubah menjadi restauran dan penginapan. Hal Itu terlihat pada prasasti yang ditempel pada dasar dan dinding bangunan tersebut.

Meski memakai angka Romawai terlihat jelas bahwa bangunan itu dibuat pada abad 11,12, dan 13 M. Sudah sangat tua.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image