Keabadian Berita Kepada Kawan Ebiet: Dari Malioboro, Bencana Sinila, Hingga Debat Pilpres

Musik  

Biasanya ibu juga mampir di toko batik Terang Bulan kulak dagangan. Di sini ibu lama memilih batik dan saya selalu di suguhin teh dan lemper oleh pemiliknya yang di panggil Bu Kudung. Bu Kudung bagiku memberikan gambaran ibu Jawa yang Islami dan pandai berdagang, khas wanita jawa!

Malioboro juga menjadi nafas kehidupanku ketika remaja mahasiswa. Hampir sebulan dua kali aku mengunjungi Yogyakarta dari Jakarta. Karena sejak tamat SMP tahun 1970 aku pindah ke Jakarta. Realita lagu Yogyakarta dari Kla Proyek terpancar dari lakuku di Malioboro th 1975-an. Aku waktu itu sering nongkrong di Malioboro malam hari main gitar sama para pengamen Malioboro menyanyikan lagu-lagu Rolling Stones.

Di Malioboro-lah para pengamen itu menyebutku artis ibukota. Di Malioboro juga aku kenal mas Ebiet G Ade sampai bersamanya ke Jakarta th 1978 mengantarkan mas Ebiet rekaman di Jakson Record. Lagu Ebiet pada Album perdananya, Camelia I, sangat unik. Syairnya dan melodinya mengalir khas para seniman Yogyakarta yang kala itu selalu nongkrong di Malioboro.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Lagu ini bercerita tentang obsesi Ebiet yang kala itu tinggal indekost di Kadipaten Kulon (dekat Kraton dan Pasar Ngasem) di rumah dengan nomor khas Jogkarta, KP.1/203.

Tak hanya Ebiet. pada tahun 1979 aku bersama Iyek (Achmad Albar ) show perdana Rock Never Die di Stadion Kridosono, malamnya kami nongkrong di Malioboro di lesehan Pancarasa di depan hotel Mutiara. Kami nyanyi-nyanyi bersama para pengamen Malioboro sampai pagi. Malam itu Malioboro menjadi panggung kedua bagi kami. Saat itu kami menginap di hotel Mutiara Malioboro, hotel legenda di Malioboro Yogyakarta, (yang akhirnya menjadi milik Istriku ).

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image