Bersatulah Kaum Sarungan! Dari Dimusuhi dan Diwaspadai Hingga Susah Berkompromi!

Sejarah  

Meski ada sebutan untuk waspada kepada kaum sarungn dengan, tapi Bung Karno menolak membubarkan kaum yang dituntut Aidit untuk dibubarkan tersebut. Pada soal HMI Bung Karno menolaknya. Ini juga atas nasihat menteri agama Syaifudin Zuhri. Soekarno selaku presiden ternyata mengindahkan saran agar tak termakaan provokasi untuk membubarkan HMI.

Setelah itu, harus diakui meski kemudian masa Orde Lama berganti ke masa Orde Baru, nasib kaum sarungan belum banyak berubah. Secara ekonomi masih terus tersuruk. Namun, perlahan-lahan mulai berangsur berubah pada tahun 1980-an.

Perubahan nasib dari gemobang klaum sarungan dipotret oleh mendiang cendikiawan DR Nurcolish Madjid. Dia mengatakan saat itu pendidikan para santri (kaum sarungan) mulai membaik. Semua ini berkah kemerdekaan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Nurcholish mengatakan berkah kemerdekaan kaum sarungan yang selama era kolonial memilih politik 'uzlah' (memisahkan diri) dengan kekuasaan, mulai saat itu semakn santer memasuki lembaga-lembaga kekuasaan negara.

Proses Iini terjadi sangat perlahan sebab mereka selama ini secara turun temurun sudah terlanjur enggan pada kekuasaan, hingga tidak mengenal pendidikan ‘formal ala barat’ sehingga tak punya kemampuan mumpuni dalam kaca mata pendidikan moderen. Apalagi mereka terlanjur juga sudah 'merasa' nyaman meski hidup sederhana, bahkan miskin.

'Dunia adalah sementara. Dunia bukan tujuan. Politik itu kotor. Bila jadi pemimpin maka nanti diakahirat dia yang paling lama dan susah ketika dihisab,'' ibegitu kalimat yang sering di dengar di dalam kalangan kaum sarungan.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image