Hikmah Dari Riwayat Hidup Gorbachev: Ingatan Menjelma Jadi Ilmu

Sejarah  

Kata kuncinya ya tiga itu tadi: Cerdas, Kritis, namun tetap setia. Setia pada atasan dan senior, juga setia pada cita-cita.

Selain itu, ada dua pengalaman Gorby yang tak kalah penting, sehingga kelak merajut masa depannya tanpa dia sadari. Sewaktu usia 19 pada 1950, naik kereta ke Moskow, untuk kuliah di Universitas Negeri Moskow, di sepanjang jalan melewati beberapa kota yang hancur lebur akibat serangan militer Jerman pada Perang Dunia II.

Baca juga: Eskalasi Konflik Rusia-Ukraina Terus Naik, Eropa Terancam Perang dan Kembali ke Zaman Batu Bara

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Saya pergi untuk belajar di Universitas Negeri Moskow, dan saya bepergian melalui Stalingrad(sekarang St Petersburg) yang telah dihancurkan, melewati Voronezh yang sudah dihancurkan, dan Rostov yang juga hancur. Tidak ada satu pun kecuali puing-puing di mana mana.

Saya bepergian sebagai seorang pelajar dan melihat itu semua.Seluruh negara berada dalam kehancuran," begitu penuturan Gorby kepada seorang wartawan pada dekade 1980-an saat dirinya sudah jadi orang nomor satu Soviet.

Satu lagi pengalaman Gorby, adalah pengalaman intelektual sewaktu di bangku kuliah. Khususnya ketika di bawah bimbingan dosen dan mentornya yang sangat cerdas, Prof Stepan Fyodorovich Kechekyan. Prof Stepan punya style khusus dalam membawakan kuliah-kuliahnya mengenai sejarah ide-ide politik.

Termasuk tentu saja gagasan-gagassan Karl Marx.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image