Hikmah Dari Riwayat Hidup Gorbachev: Ingatan Menjelma Jadi Ilmu

Sejarah  

Prof Stepan punya kemampuan menggiring para mahasiswanya untuk menyelami betapa pentingnya mempelajari dan menguasai berbagai kekuatan-kekuatan pemikiran dan gagasan tanpa harus dipengaruhi oleh dogma-dogma atau dialektika pemikiran yang sudah membeku.

Hal ini nampaknya amat berkesan bagi Gorby. Seperti penuturan salah satu teman sekelasnya kelak di kemudian hari: "Bagi Gorbachev, berbeda dengan orang-orang Soviet lainnya,dia tidak melihat Marxisme sebagai sebuah kumpulan aksioma yang harus dihafalkan. Sebaliknya, buat Gorby, teori marxis justru punya nilai sebagai alat untuk mengerti dunia."

Baca juga: Kisah Batalion Sheikh Mansur, Pembangkang Chechnya di Garis Depan Perang Ukraina-Rusia

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Selain itu, Gorbachev juga amat terkesan pada aphorisme Hegel: "Kebenaran selalu konkret." Artinya, pemikiran atau teori harus paralel dengan kehidupan yang sesungguhnya. Harus membumi.

Dari dua pengalaman Gorby di era 1950-an inilah, nampaknya terbenam di alam bawah sadarnya. Dorongan kuat untuk mengantisipasi kehancuran seperti tergambar secara fisik sewaktu dalam perjalanan ke Moskow. Serta kesan yang tertanam kuat semasa kuliah, bahwa Marxisme bukan dogma, namun alat analisis untuk mendinamisasikan munculnya suatu keadaan baru.

Inilah dua ingatan atau memori yang membekas pada diri Gorby. Namun seperti ungkapan orang-orang arif dan bijaksana. Ingatan bisa menjelma jadi ilmu.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image