Venizia Kota Pertemuan Budaya Islam dan Kristen Eropa (bag 1)

Wisata  

Dan resep dia ternyata saat itu ampuh dengan melenggang bebas ke luar bandara Venizia. Di luar ada teman dari Belanda yang berdarah Turki, Edin, yang menunggu. Dialah kepala rombongan yang mengarahkan kami selama dua pekan untuk memutari wilayah Itali dan Balkan. Arah kunjungan pertama tentu kota dagang tua semasa kejayaan Islam menguasai peradaban Eropa, yakni Venezia.

Dengan menumpang bus kami ke sana. Dalam perjalanan kami menjadi sadar bahwa pedalaman Eropa ini – kota Venesia – sebenarnya kota kecil di pinggir pantai yang berada di kampong hijau. Penduduknya tak banyak. Namun, suasana asri khas Eropa. Rumah penduduk tertata. Taman kota pin rapi. Jalanan tak hirup pikuk. Angkutan trem tersedia.

Bayangannya suasana Venizia persis kota Temanggung atau Solo meski dengan catatan penduduknya jarang dan tak hirup pikuk dengan mobil dan sepeda motor.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Setelah berapa lama dalam bus dan melewati kawasan pantai sampailah kami ke kawasan pintu masuk ke pelabuhan Venezia. Entah kenapa, beberapa kali sopir bus bule kami yang asal Belgia, ke luar masuk tempat itu. Kami merasa pasti ada masalah. Lalu apa?

Setelah saya tanya kenapa bus bolak-balik dan maju mundur masuk ke area pelabuhan, dia menjawab singkat. Dia hanya menjawab singkat ada masalah dengan petugas parkir dan tiket. Uniknya sembari menjawab begitu dia terlihat menjetikan ibu jari dan telunjuknya di dekat telinga.’’Money”, katanya singkat. Sontak kami pun tertawa ngakak. Italia memang tak beda dengan Indonesia, sama-sama penuh ‘mafia’.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image