Gaya Hidup Milenial 'Fushion, Food, and Fun': Bila Muslim, Apakah Kalian Tak Malu Pada Rasulullah?

Agama  

Imam Bukhori dalam kitab shahih Adabul Mufrodkarya menyebutkan bila Daud Bin Qais meriwatkan hadits seperti ini:

“Saya melihat kamar Rasulullah saw atapnya terbuat dari pelepah kurma yang terbalut dengan serabut, saya perkirakan lebar rumah ini, kira kira 6 atau 7 hasta (1 hasta = 0,45 meter), saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8, saya berdiri dipintu Aisyah saya dapati kamar ini menghadap Maghrib (Marocco)”.

Jadi, rumah Rasulullah panjangnya tidak lebih dari 5 meter, lebarnya hanya 3 meter dan tinggi atap 2,5 meter. Hal ini menjadi bukti bahwa Nabi Muhammad dulu hidup dalam kesederhanaan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sayyidina Umar Radhiallah anhu menjawab: ” Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah SAW, Utusan Allah SWT. kekayaanmu hanya seperti ini. sedangkan kisra dan raja-raja lainnya hidup bergelimangkan kemewahan” .

“Nabi Muhammad SAW menjawab: apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti?” (Hadits riwayat Bukhari Muslim).

Maka, dari pelajaran ini terpetik hikmah 'kalau mau ikut jalan' nabi setidaknya berani hidup sederhana dan tidak hidup dalam gelimah kemewahan, misalnya punya rumah yang indah, luas, dan megah baik istana. Rumah yang mewah dan glamour itu ternyata galibnya rumah kaisar atau jelas serta pasti bukan rumah nabi.

Pelajaran lainnya, kalau mau 'i'tiba ala rasul' itu memang berat, tak hanya mencontoh hal yang ruhani seperti cara beribadah, tapi merujuk juga pada perilaku ragawi keseharian atau cara hidup Rasullah SAW. Contohnya ya bercermin pada 'rumah rasullah' itu.

Ingat ya jangan suka bermegah-megahan. Apalagi kalau rumah anda masih rumah cicilan? Bacalah dan resapi surat At Takasur!

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image