Sastra

Takbiran Kenangan di Malam Lebaran

Malam lebaran.
Malam lebaran.

Hari ini tanggal 22 Oktober 2006. Kata Abah malam takbiran. Kata Emak? Ah, aku harus menanyakan lagi besok apa kata Emak sewaktu aku menjenguk makamnya?

Tapi ya, betul Anang, temanku sehari-hari yang setia bersamaku pergi dari pagi sampai sore untuk menyemir sepatu di bandara Syamsuddin Noor, juga mengatakan ini adalah malam takbiran. Tapi yangMuhammadiyah aja. Yang NU baru lusa lebarannya, tanggal 24. Lho, kok bisa beda gitu? Aku tidak mendapat jawaban kecuali garukan kepala Anang menandakan kebingungannya.

Aku tidak peduli, apakah lebaran hari ini atau lusa. Bagiku tetap sama, lebaran membawa berkah. Pak Kusnanto, yang kerap kusemir sepatunya di bandara menyuruhku mampir ke rumah untuk mengambil hadiah lebaran. Dan janjinya malam ini. Pak Rusdi, langgananku yang lain, yang katanya punya belasan toko di Jakarta dan hampir dua kali seminggu bolak-balik Banjarmasin Jakarta, menyuruhku datang ke hotelnya, yang tidak jauh dari bandara, untuk mengambil hadiah lebaran untukku.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image