Takbiran Kenangan di Malam Lebaran

Sastra  

“Bah, aku keluar dulu ya. Sebentar juga pulang.” Aku bergegas berlari mengambil sendal jepitku yang hampir putus, tanpa sempat mendengar jawaban iya atau tidak dari Abah.

Aku bergegas lari, mengetuk rumah Anang. “Hayo, lekas Ingatkan kubilang ada janji dari Pak Kusnanto dan Pak Rusdi. Hadiah lebaran buatku.” Anang bergegas luar dan mengenakan jaket lusuhnya.

Mengenakan sepeda ontel milik ayah Anang, aku dan Anang sampai di komplek Ratu Elok. “ Ini mungkin rumah Pak Kusnanto ya. Nomornya sama 76.” Aku ragu-ragu ingin mengetuk. Kulihat rumah megah ini begitu bersih, membuatku begitu takut bahkan untuk memencet bel.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Melihat aku terdiam lama berdiri ragu-ragu, Anang yang lebih pemberani, memencet bel tersebut. Tidak berapa lama, keluar seorang laki-laki muda.

“Mencari siapa?” dia bertanya setengah bingung melihat penampilan kami berdua. “Dari Asep, Pak. Kata Pak Kusnanto ”

“Oh, ya ya. Bapak sudah bilang. Sebentar kuambilkan.” Aku belum sempat mengangguk ketika lelaki tersebut sudah hilang masuk ke rumah. Sebentar kemudian dia keluar membawa amplop. “Nih, buatmu kata Bapak.”

Aku ternganga, belum sempat mengucapkan terima kasih, lelaki tersebut sudah masuk kembali dan menutup pagar rumah.

“Lho, kok bingung?” Anang mencolekku. “Terima kasihnya belum,” jawabku lirih.

Di atas sepeda ontel yang dikayuh Anang, aku masih terdiam. Jika tadi memikirkan ketidaksempatanku berterima kasih, kini memikirkan apa yang mungkin kubelikan dengan uang seratus ribu ini.

“Auw,” aku menjerit menahan cubitan Anang. “Sudah sampai di hotel, Sep,” Anang menyuruhku turun, kemudian menyeret sepedanya masuk ke parkiran hotel. Tanpa mempedulikan lototan satpam, kami bergegas masuk ke bagian dalam hotel.

“Aduh, bagaimana cara mencari Pak Rusdi?” Aku sekarang yang menggaruk-garuk kepala. Petugas hotel yang sedari tadi mengamati gerak-gerik kami dengan curiga, akhirnya menghampiri.

“Ada perlu apa?” tanyanya menyelidik. Tiba-tiba aku teringat kertas segiempat kecil yang diberikan Pak Rusdi minggu lalu.

“Oh Pak Rusdiyanto. Ada keperluan apa dengan beliau?” perempuan petugas hotel tersebut masih memperlihatkan tampang menyelidik.

Anang terbata-bata menjelaskan dan penjelasannya membuat perempuan cantik berbaju merah itu semakin mengerutkan dahinya. “Baiklah, saya coba tanyakan. Tunggu sebentar ya.”Lewat telfon, kuliat perempuan itu berbicara. Sesaat kemudian dia mengangguk-angguk, melambaikan tangan kepada seorang petugas hotel laki-laki, yang dengan sigap langsung datang menghampiri.

Tidak sampai 5 menit, giliran pria berstelan merah yang tadi tergopoh naik ke atas tangga yang menghampiri kami. “Ini, dari Pak Rusdi. Katanya buat Asep.”

“Tolong bilang, teri..” Aku belum sempat menyelesaikan kalimat ketika pria berstelan merah tersebut sudah berlalu dan membukakan pintu buat seorang tamu.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image