Chairil Anwar dan Sitor Situmorang: Kawankah Atau Lawankah? (bagian 1)

Sastra  

Sitor Situmorqng
Sitor Situmorqng

Tentang Chairil dan Sitor

Selama ini, ‘runner-up’ kepenyairan Angkatan 45 sering dinisbahkan kepada Sitor Situmorang. Nama Sitor diakui penting dalam perjalanan puisi modern Indonesia. Menurut kritikus sastra A. Teeuw, setelah Chairil Anwar, Sitor adalah penyair Angkatan 45 terkemuka. Bahkan pengamat sastra dari Australia, Harry Aveling, justru menyebut Sitor sebagai penyair Indonesia terkuat.

Semua itu ditunjang dengan masa hidup Sitor yang panjang, 90 tahun (1924-2014). Selain panjangnya umur, Sitor tergolong penyair produktif. Pengamat susastra JJ Rizal yang mengumpulkan sajak-sajak Sitor ke dalam dua buku (Sitor Situmorang: Kumpulan Sajak 1948-1979, dan buku kedua, Sitor Situmorang: Kumpulan Sajak 1980-2005), meski berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 605 buah sajak—saya tulis buah, bukan judul, masih mengaku bila sajak-sajak Sitor banyak yang terserak dan tak berhasil dikumpulkan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Tidak hanya karena sistem dokumentasi Sitor yang tidak tertib, begitu pula dengan sistem dokumentasi pusat-pusat dokumentasi yang ada, seperti PDS HB Jassin dan Perpustakaan Nasional. Sebab lain, Sitor pun dikenal sebagai penyair yang sering menulis sajak secara spontan dan langsung, yang begitu selesai sering diberikan kepada orang tertentu tanpa ia punya salinannya. Misalnya, menurut Rizal dalam pengantar buku “Sitor Situmorang, Kumpulan Sajak 1948-1979”, kepadanya seorang wartawan senior kantor berita nasional menceritakan, suatu saat dalam perayaan ulang tahun anaknya, Sitor secara spontan membuatkan sajak dan memberikan itu kepadanya. Sajak itu tak pernah berhasil dilacak.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image