Chairil Anwar dan Sitor Situmorang: Kawankah Atau Lawankah? (bagian 1)

Sastra  

Dalam tafsiran sederhana saya, di kedua sajak itu nyaris tak ada simpati buat yang telah pergi. Bahkan yang terasa justru adanya semacam ‘sorak’, mesti pelan. Lihat saja misalnya bait-bait: Kata-kata patah / Kehilangan irama / Didera panas / Api neraka, pada sajak pertama.

Atau : Dan laut dinginpun beriba/ Ya laut, lautan nafsunyalah

yang gemuruh dalam darahnya / Lautan merah cinta seni

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

tempat penyair jalang tenggelam.

Sebuah sorak, dan mungkin prediksi yang terbukti gawal : sebab penyair jalang itu, jangankan tenggelam, nama penyair itu, sebagaimana kata-katanya, menggaung bersipongang, memantul dari era ke dekade, bahkan masih dilafalkan anak-anak milenials dan generasi Z saat ini.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image