Ada Apa denngan Pejebat Publik yang Kebelet Jadi Profesor?
Dengan menjadi profesor, pejabat publik dan pesohor merasa bisa disejajarkan dengan orang-orang kredibel yang menduduki puncak piramida pendidikan atau peradaban yang lebih universal ketimbang menjadi pejabat tinggi, politisi, dan pesohor tingkat institusional atau nasional.
Bukankah kecerdasan lebih bergengsi daripada jabatan atau kekayaan? Bukankah pendidikan tinggi formal sangat dihargai di negara mana pun? Mereka tidak sadar bahwa jabatan akademik profesor itu sarat dengan tanggung jawab dan menuntut dedikasi tinggi secara akademik.
Secara berkala seorang profesor sejatinya harus menunjukkan kapasitas intelektual mereka dengan mempublikasikan hasil pemikiran dan penelitian mereka melalui karya ilmiah berupa buku, artikel ilmiah di jurnal nasional dan jurnal internasional. Mereka dituntut untuk menyampaikan hasil pemikiran dan penelitian mereka dalam pertemuan ilmiah di tingkat nasional dan bahkan internasional, tanpa meninggalkan kewajiban rutin mereka sebagai pengajar di kelas untuk memotivasi mahasiswa, memberikan inspirasi dan pengetahuan kepada mereka. Kewajiban dan kualitas mengajar yang mumpuni ini tidak boleh diremehkan.
Snobisme ala pejabat publik dan pesohor di Indonesia ini langka kita temukan di negara- negara Barat demokratis seperti Amerika, bahkan di negara-negara berkembang di Asia, termasuk Malaysia. Barack Obama, Colin Powell, Steve Jobs, dan Elon Musk lebih bangga menjadi diri mereka sendiri dan dihormati khalayak karena karier mereka yang cemerlang dengan dedikasi mereka yang tinggi, meski mereka bukan profesor.
Namun di Indonesia, mengapa mereka yang sudah menjadi orang nomor satu atau eksekutif top di lembaga tinggi negara (eksekutif, legislatif, yudikatif), petinggi partai politik, pemimpin bank sentral, jenderal polisi, dan jenderal militer, tidak puas dengan jabatan mereka dan masih menginginkan jabatan akademik profesor yang tidak linier dengan karier mereka? Dalam ungkapan Arief Anshory Yusuf yang Ketua Dewan Profesor Unpad dan Efa Laela Fakhriah yang salah satu ketua Komisi Senat Akademik Unpad, mereka serakah karena mereka mengambil yang bukan hak mereka. Ada benarnya pandangan Arief dan Efa.
Sementara pejabat publik dan pesohor dapat menyandang status profesor, profesor beneran tidak dapat menyandang status mereka. Jenderal bisa menjadi profesor, tetapi profesor tidak bisa menjadi jenderal.