Ada Apa denngan Pejebat Publik yang Kebelet Jadi Profesor?
Mengapa pejabat publik dan pesohor ini tidak bekerja sepenuh jiwa dalam bidang pekerjaan mereka untuk memperoleh kharisma dambaan mereka? Apakah mereka kurang kerjaan dan kelebihan waktu dalam karier mereka sehingga mereka bisa nyambi sebagai profesor?
Ketidakfokusan mereka pada karier mereka boleh jadi dipengaruhi konsep waktu polikronik (yang diasumsikan bersifat melingkar, jamak dan menyebar) yang dianut masyarakat tradisional Indonesia sehingga mereka dapat melakukan beberapa pekerjaan pada saat yang sama. Contoh nyata adalah seorang menteri yang juga menjadi pemimpin sebuah organisasi olahraga tingkat nasional.
Konsep waktu yang dianut pejabat publik dan pesohor yang kebelet jadi profesor itu kontras dengan konsep waktu monokronik bersifat tunggal seperti garis lurus yang dianut masyarakat Barat yang menuntut satu pekerjaan pada satu periode waktu. Ini bukan masalah perbedaan, atau mana yang lebih baik, antara konsep waktu Timur dan konsep waktu Barat.
Namun, berdasarkan nalar sehat, kalau kita ingin menjadi orang yang sukses dan kredibel, kita harus fokus pada satu pekerjaan, apalagi pekerjaan besar demi kepentingan bangsa. Menurut teori sistem, kredibilitas itu sekadar pemberian dari khalayak. Khalayak akan sukarela memberikannya kepada kita, selama kita layak menerimanya. Sebaliknya, khalayak akan mengambil kredibilitas kita kembali jika kita tidak layak menerimanya.