LBGT di Masa HIndia Belanda: Roti Hijau dan Kisah Penangkapan Kaum Gay
Oleh: Teguh Setiawan, mantan jurnalis Republika
Sejak kapan LGBT ada di Indonesia? Mungkin sejak lama tapi sebagai isu publik, perilaku seksual menyimpang ini kali pertama menggemparkan Batavia, sekujur Hindia-Belanda dan Kerajaan Belanda, pada pertengahan 1930-an.
Frans Leidelmeijer, dalam artikel di situs javapost.nl menulis, LGBT sebagai skandal kejahatan besar di Hindia-Belanda muncul Oktober 1936. Dimulai artikel di surat kabar De Ochtendpost, atau Pos Pagi, yang membeberkan sekelompok besar pria menggelar pesta seks kaum homo dengan korban anak-anak di bawah umur.
Yang menarik adalah De Ochtendpost bukan media arus utama. Majalah itu dijajakan dari rumah ke rumah dan mendapat julukan Roti Hijau karena dicetak di atas kertas berwana hijau. Seluruh isi majalah adalah gossip, terkadang ada klarifikasi tapi lebih banyak tidak.
Sebagai majalah gosiip, De Ochtendpost dikonsumsi mereka yang suka bergunjing. Sebagai bahan bergunjing, artikel-artikel majalah bulanan itu biasanya dilupakan orang setelah sekian hari atau sekian pekan. Namun tidak demikian dengan artikel yang diterbitkan Oktober 1936.
Dalam artikel itu, redaksi De Ochtendpost tidak menyebut orang-orang yang terlibat pesta gay. Majalah itu hanya menyebut sejumlah pejabat tinggi Hindia-Belanda ditengarai sebagai gay.
Tidak ada gejolak apa pun di Hindia Belanda. Nun jauh di Kerajaan Belanda, Christelijke Staatkundige Partij (CSP) -- atau Partai Politik Kristen -- mempertanyakan persoalan ini ke Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Gubernur Jenderal Alidius Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menggelar penyelidikan. Laporan penyelidikan dibuat Komisaris Utama P Deeker. Namun tujuan laporan itu semata untuk menenangkan emosi CSP.
Menurut P Dekker, keadaan LGBT di Hindia Belanda tidak terlalu buruk. Ia juga mengecam De Ochtendpost dengan menyebutnya Si Bodoh Hijau yang harus diajarkan melunakkan bicara. Kementerian Koloni Belanda menyampaikan laporan ini ke parlemen, tapi CSP tidak puas.