Iran dan Metafora Setan Besar Amerika..!

Politik  

Tersembunyi di bawah metafora absolut

Metafora 'Setan Besar' tersebut, saat ini, sama sekali tidak mengacu pada Amerika Serikat dan lebih merupakan masalah internal: “Beginilah mereka mereka menghiasi diri mereka dengan penampilan yang sangat keren: dasi, aftershave, dan enak dipandang. Mereka membodohi orang-orang yang berpikiran sederhana negara besar Iran mengusir ‘Setan Besar’ ini dari negara ini.

Maka. lanjut Khamenei, Iran tidak boleh membiarkannya kembali. "Sekarang kita telah menendangnya keluar dari pintu, kita tidak boleh membiarkannya masuk kembali melalui jendela. Kita tidak boleh membiarkan mereka mendapatkan pengaruh di sini, karena permusuhan mereka tidak ada habisnya.”

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Setan Besar” adalah metafora dalih. Pria itu cemas dan sangat prihatin. Sejak pertama kali digunakan oleh Khomeini dan sampai sekarang digunakan oleh Khamenei, frasa tersebut memiliki fungsi domestik: untuk mengecam dan menekan godaan kuat dari rayuan “di dalam” Republik Islam – kekuatan yang ingin dan berencana untuk membuka diri. sampai ke Amerika; kekuatan mulai dari Ayatollah Rafsanjani hingga mantan Presiden Khatami.

Khamenei tahu, merasakan, dan takut dengan kekuatan-kekuatan ini, karena hal ini akan merampas satu-satunya sumber legitimasinya yang paling kuat: pembenaran Al-Quran atas teologi asketisme dan perlawanan yang menandai sumber destabilisasi khayalan revolusionernya dari dalam, bukan dari dalam. dari luar.

Sebagai sebuah metafora absolut dari musuh, “Setan Besar” tertanam dalam Republik Islam itu sendiri – kesadarannya yang diskursif, hasratnya yang tersembunyi dan tertekan, kini terwujud dalam mimpi buruk neoliberal yang dibawa oleh perjanjian nuklir ke Iran belum diartikan

Khamenei tulus dalam ketakutannya. Dia dilaporkan mengatakan: “Mereka menunggu saya untuk tidak berada di sini, katakanlah 10 tahun dari sekarang, untuk melakukan kejahatan mereka.” Dia melihat revolusi yang telah dia dedikasikan dalam hidupnya, menjauh darinya. Dia tidak punya pilihan selain membiarkan perundingan nuklir dilanjutkan, namun dia membenci hasil dari apa yang dia izinkan.

Apakah benar analisis dari Hamid Dabashi? Ataukah justru dia tengah frustasi karena eksistensi negara Republik Islam Iran tak kunjung runtuh meski terus diserang Israel dan Amerika, serta dipeyorasi oleh sekutu Amerika di Eropa.

Wallahu'alam. Entah siapa yang takut...? Yang jelas eksitensi metafora 'Setan Besar' masih eksis di rezim Iran sekarang ini.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image