Berderai Air Mata, Hamka Menitip Sang Ayah ke Bung Karno
Hatinya remuk redam meninggalkan ayahnya yang sudah sepuh dan sakit-sakitan di Jakarta. Ia membatin, barangkali hari itu lah akhir dari pertemuannya dengan Sang Ayah.
“Saya tidak bisa melihat wajah ayah lagi.” Hamka membatin. Dengan tertatih-tatih karena tuanya, Haji Rasul mengantarkan putra yang telah ditunggu-tunggu sepuluh tahun kelahirannya itu, ke stasiun Tanah Abang.
Soekarnopun turut mengantar Hamka. Ketika kereta api akan berangkat, Hamka pun meciumi ayahnya. Dengan berbisik lirih ke Soekarno, Hamka pun berpesan,
“Ayah kita Bung! Bung ganti saya”.
“Jangan kuatir, berangkatlah”
Mereka pun berpelukan. Tanpa terasa airmata keduanya pun menetes, dan disaksikan oleh Haji Abdul Karim Amrullah yang telah berusia 65 tahun dan sakit-sakitan. Mata itu berair, menyaksikan kepergian anaknya, seiring menjauhnya kereta api yang membawa Hamka.