Hayo Siapa yang Tertarik Dongengan Lakon Wayang Petruk Jadi Raja?

Budaya  

Namun, meski sudah mulai hidup menjadi raja perilaku ‘banal’ Petruk terus dilakulan. Dia lebih suka foya-foya daripada mengurus rakyatnya. Penderitaan rakyat tak dia dengarkan.

Seluruh harga negara dihabiskan untuk kesenangan dirinya. Tak ada yang tersisa. Aparat birokrasi melayani diri sendiri dan keluarga, bukan melayani publik. Kehidupan sosial menegang. Kejahatan merebak naik. Kerusuhan pecah di sana-sini.

Tapi Petruk tak peduli. Dia menutup rapat mata dan hatinya. Petruk eksis menjadi raja di raja. Maharaja. Kekuasaanm mutlak. Prinsipnya persis raja Prancis yang mati dipenggal pisau gulliotine pada 21 Januari 1793, Louis XVI.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menghilangnya Petruk dari kampung halamanya di Karangkadempel dan muncul raja yang otoriter dan mementingkan diri sendiri dari pada mengurus rakyatnya terdengar sampai ke telinga Semar, Gareng, dan Bagog. Apalagi mereka semakin menaruh curiga pada sosok raja itu yang bergelar Belgedsuwelkbeh itu.

Ciri-ciri yang disampaikan berbagai orang kepada Semar, gareng, dan Petruk semua sesuai dengan tabiat Petruk sehari-hari. Misalnya meskpun kaya dan jadi raja, dia malas ganti celana. Akibatnya, celananya berbau 'minyak jelantah' dan berjamur.

Maka Semar memutuskan agat Bagong dan Gareng mencari raja itu. Tak Cuma menghadap Semar berpesan kalau dia Petruk maka dia harus pulang. Tidak usah gagahan sok jadi Raja yang wagu dan saru (canggung dan jorok/porno). Maka, Bagong dan pergi ke sana mencari Petruk.

Sesampai di sana, Gareng dan Petruk memaksa Petruk pulang kampung saja. Tapi Petruk tak menganggapnya. Bahkan pura-pura tak mengenal keduanya. Petruk mengolok Gareng dan Bagong hanyalah orang jalanan, bodoh, dan miskin. Akhirnya, Gareng dan Baging berang. Mereka pun beramai-ramai memukuli Petruk.

Anehnya, Petruk yang sebelumnya luar biasa sakti, ketika berantem dengan kedua saudara tak bisa apa-apa. Segala kesaktiannya tiba-tiba lenyap. Dan akhirnya Petruk menyerah dan mengaku kalah meski mengatakannya sambal cengengesan dan songong.

“Lumayan kan, yang penting pernah jadi raja. Walau sesaat tak masalah,’’ ujar Petruk sembari berkelit. Setelah itu Petruk pun pulang kampung dan membawa jimat Kalimasada ke Semar guna dikembalikan ke Kraton Amarta punya Pandawa.

******

Saampai kini lakon ‘Petruk Dadi Ratu’ sangat digemari. Bahkan ada lakon yang hampir sama di mana lako ini dipelopori oleh mediang dalang ‘milenial yang meleganda, almarhum Ki Seno Nugroho dari Yogyakarta. Pada beberapa tahun terakhir ini sebelum wafat Ki Seno menggubah lakon baru yakni ‘Bagong Dadi Ratu’ yang isi pokoknya hampir sama dengan lakon ‘Petruk Dadi Ratu’ . Dalam lakon ini Bagong keika menjadi raja mempunyai gelar sebagai Prabu Pathokol Bawor.

Sementara bila ditelusuri lakon ‘Petruk Dadi Ratu’ datanya terekam padasebuah manuskrip yang tersimpan rapi di Reksa Pustaka Mangkunegara, Surakarta melalui penelitian sejarawan Sukadi pada tahun 2006).

Melalui manuskrip itu dapat ditelisik asal usul dan siapa pengarang cerita carangan Petruk Dadi Ratu. Pada manuskrip tersebut terdapat pupuh dandanggula yang pada awal baris pupuh tersebut terdapat sandiasma berbunyi Can Cu Han Cayudan. Dia adalah orang Jawa keturunan Tionghwa asal Surakarta dan menuliskannya pada sekitar tahun 1932.

Jadi siapa yang akan pengin mengulang atau menjadi tokoh yang mirip Petruk Dadi Ratu (Petruk Jadi Raja?). Hayo sekarang unjukkan jari?

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image