Kasus La Galigo: Agama itu Tak Hilang, Tapi Berubah Menjadi Sastra?

Budaya  

Apa isi kitab La Galigo? Ini sastra abad ke-14 yang panjang sekali, terdiri dari 12 jilid.

Ada kisah soal penciptaan manusia. Novel ini mengisahkan para dewa bermusyawarah untuk menurunkan manusia pertama ke bumi.

Akhirnya mereka bersepakat. Putra tertua mereka yang diberi gelar Batara Guru dipilih menjadi manusia pertama yang diturunkan ke bumi. Ia diturunkan di Ussu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ussu adalah wilayah yang kini berada di Teluk Bone, Sulawesi Selatan.

Tak heran, mengapa komunitas di sana sangat membanggakan kitab ini. Karena kitab ini mengajari mereka manusia pertama itu turun di wilayah sekitar Teluk Bone.

La Galigo juga drama cinta dari keturunan Batara Guru, dari keturunan manusia pertama.

Aneka novel besar, sastra-sastra besar di semua zaman berkurang daya pikatnya jika tidak berisi kisah cinta. Apalagi jika tak ada kisah cinta yang berakhir dengan tragedi.

La Galigo berkisah soal cinta Sawerigading. Ia salah satu keturunan Batara Guru yang juga menjadi pahlawan dari novel ini.

Saweri Gading sangat mencintai seorang wanita bernama We Tenri Abeng.

Namun ternyata We Tenri Abeng itu saudara kembarnya sendiri. Dua anak ini, Sawerigading yang laki-laki dan We Tenri Abeng yang perempuan, saling tak mengenal karena mereka dibesarkan di wilayah yang terpisah.

Ketika besar, Sawerigading mencintai We Tenri Abeng. Tapi We Tenri Abeng menolak cinta Saweri Gading.

We Tanri Abeng merupakan figur wanita yang mandiri. Ia merasa setara dengan laki-laki. Ia bebas untuk menerima atau menolak lelaki seperkasa apapun.

Sawerigading yang patah hati merantau jauh sekali dengan kapalnya ke Tiongkok, ke Malaka, Ternate, hingga Pulau Jawa.

Ia taklukan begitu banyak tokoh-tokoh dari negeri seberang sana, dengan hati yang patah.

La Galigo juga memberikan imajinasi kepada penduduk di Sulawesi Selatan, betapa nenek moyang mereka ini adalah pelaut yang gagah perkasa. Penakluk yang sukses.

La Galigo juga berisi panduan hidup dan rekaman masyarakat lokal era pertanian dan perdagangan di pesisir di abad ke-14. Ini era Sulawesi Selatan, sebelum masuknya Islam.

Aneka kisah dalam La Galigo dinarasikan melalui gabungan antara realitas dan mitologi, gabungan antara peristiwa bumi dan langit.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image