Holand Park: Wajah Baru Generasi Muslim Australia

Agama  

Masjid Holland Park dibangun tahun 1908 oleh perantau Afghanistan. Salah seorang generasi keempat keturunan pendiri masih bermukim di sekitar masjid. Namanya Janeth Deen, seorang neli (nenek lincah) yang gesit. Dia penggagas tiga tiang bendera di halaman masjid: satu untuk bendera Australia, satu bendera Federal, satu lagi bendera Aborigin. “Saya muslim Australia tulen,” ujar Janeth yang tak pernah menutup rambut pendeknya kecuali sedang salat.

Tahun 2016 adalah fase genting hubungan umat Islam Australia dengan kalangan Islamophobist yang dipimpin Pauline Hanson, pemimpin partai One Nation. Hanson menyeru tak boleh ada lagi imigran muslim masuk ke Negeri Kanguru. Bagi yang sudah berada di Australia dan tak bisa beradaptasi dengan tradisi mereka, “Silakan kalian pulang ke negeri masing-masing. Saya dengan senang hati mengantar ke bandara dan melambaikan tangan ucapan selamat tinggal. Bye, bye,” ujarnya dalam satu pidato televisi yang viral.

Survei saat itu menunjukkan 49% masyarakat Australia mendukung ide Hanson. Seorang politisi sayap kanan lain berkampanye, “Senjata para teroris itu berasal dari masjid. Mereka juga dibina di dalam masjid,” ujarnya berapi-api.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Eskalasi kebencian terhadap Islam yang memuncak membuat pengelola Masjid Holland Park putar otak. “Tak ada gunanya mendebat haters di media sosial,” ujar Ali Kadri, 35 tahun, juru bicara masjid dan Presiden Asosiasi Muslim Queensland yang berdarah India. “Yang diperlukan adalah bertemu muka dengan cara mengundang mereka untuk melihat langsung kegiatan masjid.”

Salah seorang aktivis media sosial dan Islamophobist vokal yang diundang adalah Jason. Dia datang dan menghabiskan waktu berjam-jam di Masjid Holland Park pada satu hari Jum'at yang penuh kegiatan.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image