Holand Park: Wajah Baru Generasi Muslim Australia

Agama  

Kisah Lamisse Hamouda lain lagi. Janda cantik berdarah Mesir di usia 28 ini mendaku dirinya “ex, ex-Muslim”. Apa maksudnya? “Di awal umur 20-an saya keluar dari Islam. Tetapi hidup saya justru berantakan. Pekerjaan, pernikahan, hancur. Dengan orang tua putus komunikasi. Sekarang saya kembali pada Islam. Hubungan pribadi dengan ibu saya bagus lagi, begitu juga dengan jamaah Holland Park meski saya muslimah yang tak pakai hijab dan bertato,” katanya menunjuk lengan kiri belakang yang dirajah. “Saya tahu bahwa tato itu haram, tetapi bagaimana lagi? Inilah saya apa adanya.”

Jika Robbie berdakwah di penjara, Lamisse menyampaikan pengalaman hidupnya dengan sharing di bar milik kawannya atas permintaan sang pemilik. Awalnya Lamisse ragu karena harus membuka aib sendiri. Tetapi atas dukungan adik lelaki dan adik perempuannya (yang berhijab), dia terima juga kesempatan itu.

Di depan pengunjung bar, Lamisse bercerita bahwa satu waktu saat alkohol merupakan sahabat dekatnya, dia berkunjung ke Masjid Kubah Emas ( Dome of the Rock) di Yerusalem. “Dalam keadaan teler dari malam sebelumnya, saya berdoa di sana. Waktu itu kedua adik saya ini masih kecil,” ungkapnya membuat hadirin, juga kedua adiknya yang hadir, terpingkal-pingkal. “Parah memang kelakuan saya saat itu. Tahun berikutnya, saya datang lagi bersama ayah dan kami berdoa di masjid itu lagi. Kali ini saya sudah clean, tidak teler. Saya sudah kembali yakin bahwa identitas saya memang seorang muslim meski belum sempurna."

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

The Mosque Next Door juga menampilkan kesulitan yang dialami Jamshed Jamil, pengungsi Afghanistan yang bekerja sebagai sopir Uber. Namanya ada pada daftar teroris Polisi Federal Australia (AFP) sehingga istri dan kedua anaknya yang masih di Afghanistan—mereka sudah terpisah delapan tahun—tak diizinkan masuk ke Australia.

Jamil meminta pengurus Masjid Holland Park membantunya karena dia pergi dari Afghanistan juga karena anti Taliban.

Jubir Ali Kadri bekerja cepat dengan menghubungi aparat hukum dan kepolisian Queensland. Salah satu tempat pertemuan adalah di ruangan masjid di mana Jamil diinterogasi intensif (saat interogasi berlangsung kamera tak boleh merekam). Apartemennya digeledah seksama.

Setelah beberapa bulan pengusutan, pangkal masalah ditemukan. Rupanya Jamil pernah bercerita kepada salah seorang penumpang mobilnya tentang keadaan di Afghanistan. Meski dia anti-Taliban, namun Jamil menyebutkan beberapa hal yang baik dari kelompok itu.

“Cerita tersebut membuat sang penumpang menyimpulkan Anda seorang simpatisan Taliban sehingga dia laporkan Anda ke AFP sampai lima kali agar ditindak keras,” ujar seorang polisi yang menangani kasus itu. “Tetapi setelah kami selidiki, Anda tidak terafiliasi dengan Taliban atau kelompok teroris mana pun.”

Jamil lega. Tapi bagaimana dengan larangan terhadap istri dan kedua anaknya memasuki Australia? Ini bagian yang menarik diikuti layaknya sebuah subplot dalam sebuah kisah.

Subplot lain yang sangat mengharubiru ketika Galila berusaha menjodohkan Ali Kadri, masih lajang di usia 35, agar segera beristri. “Kamu jangan terus sibuk mengurusi umat Islam Queensland, urusi juga diri dan masa depanmu,” ujar Galila bak seorang ibu kepada anak kandungnya. Galila tak asal omong melainkan mencomblangkan Ali dengan seorang gadis cantik Mesir bernama Sarah, seorang psikolog berpembawaan riang. Akankah Ali-Sarah berjodoh dengan tipe kepribadian keduanya yang begitu berbeda?

Aktivitas jamaah Masjid Holland Park juga di bidang olahraga dengan menjadikan sebagian halaman mereka sebagai lahan berlatih kriket dan sebagai markas MCG ( Mosque Cricket Ground) yang ramai diikuti anak muda, termasuk Imam Zubair yang rajin berlatih.

Satu ketika berlangsung pertandingan persahabat tim nasional kriket Pakistan melawan Australia di stadion Brisbane. Rombongan Masjid Holland Park ikut berangkat menonton langsung. “Karena tampang kami, penonton lain menyangka bahwa kami mendukung tim Pakistan. Padahal mana ada ceritanya orang India mendukung Pakistan?” celoteh Ali Kadri terkekeh. “Saya mendukung tim Australia karena saya orang Australia. Betul nggak, Imam Zubair?”

Sang imam mengangguk seraya melepaskan bendera Australia yang melilit lehernya seperti selendang, seperti juga dilakukan penonton lain. Lalu dia berdiri dan melambai-lambaikan bendera Australia dengan kedua tangannya dari atas tribun penonton di tengah pertandingan yang berlangsung seru.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image